Senin, 01 Desember 2008

Pupuh Dangdanggula

Dangdanggula ngarupakeun tembang pupuh nu ngagambarkeun katengtreman, kawaasan, kaagungan, jeung kagumbiraan. 

Conto Tembang 

Mega beureum surupna geus burit
Ngalanglayung panas pipikiran
Cikur jangkung jahe koneng
Naha teu palay tepung

Sim abdi mah ngabeunying leutik
Ari ras cimataan Gedong tengah laut
Ulah kapalang nya bela
Paripaos gunting pameulahan gambir

Kacipta salamina

Hiji basa, hiji bangsa
Basa bangsa, Indonesia
Hiji bangsa, hiji nusa
Nusa tunggal, Nusantara
Seler-seler, suku bangsa
Di wewengkon, mana-mana
Sakasuka, sakaduka
Wujud bangsa, Indonesia

Jumat, 14 November 2008

Pendidikan Bermutu di Tengah Pentas Budaya Instan II

Disusun dan Diedit Oleh: 
Wawan Nurwana dan Arip Nurahman
Indonesia University of Education 






Menurut Rizky Ananda: Bangsa Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaan dan kesuburan sumberdaya alam yang sangat melimpah dan tak ternilai harganya sehingga berpotensi memiliki aset yang sangat berharga bagi peradaban dunia, segala macam kekayaan biodiversity ada di negeri ini. 

Di Era yang serba modern, dengan dipengaruhi perkembangan teknologi dan informasi menyebabkan pihak asing berlomba-lomba menakhlukkan negara tercinta ini, walaupun Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah bukan berarti memiliki sumber daya manusia yang melimpah dan berkualitas pula. 

Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya tenaga kerja kita yang hanya dijadikan pembantu, pelayan dan pekerjaan yang tak layak lainnya di negeri lain.

Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki etos kerja yang rendah dan juga pendidikan yang kurang, dengan kenyataan tersebut membuat rakyat semakin terpojokkan karena tidak mampu bersaing dengan warga asing, banyak anak Indonesia yang tak mampu meneruskan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi dan bahkanada yang tidak dapat mengenyam bangku pendidikan sama sekali.

Pendidikan sangat berperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan memotong rantai kemiskinan. Pendidikan dari setiap jenjang perlu diperbaiki dan ditingkatkan kualitasnya.
Sumber Dari:
Tata Sutabri S.Kom, MM.

Deputy Chairman of STMIK INTI INDONESIA, Pemerhati Dunia Pendidikan TI, Jl. Arjuna Utara No.35  Duri Kepa Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 Telp. 5654969, e-mail : tata.sutabri@inti.ac.id  


Pendidikan Cenderung Dibisniskan. 


Munculnya berbagai cara yang mengarah pada pelanggaran etika akademik yang dilakukan perguruan tinggi kita untuk memenangkan persaingan, menunjukkan bahwa pendidikan kini cenderung dipakai sebagai ajang bisnis. Pola promosi yang memberikan kemudahan dan iming-iming hadiah merupakan suatu gambaran bahwa perguruan tinggi tersebut tidak ada inovasi dalam hal kualitas pendidikan. Kecenderungan tersebut akan menghancurkan dunia pendidikan, karena akhirnya masyarakat bukan kuliah untuk meningkatkan kualitas diri, melainkan hanya mengejar gelar untuk prestise.

Kondisi pendidikan tinggi saat ini cukup memprihatinkan. Ada PTS yang mengabaikan proses pendidikan. Bahkan ada PTS yang hanya menjadi mesin pencetak uang, bukan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Hal Ini yang membuat persaingan menjadi semakin tidak sehat. Produk lulusan perguruan tinggi yang proses pendidikannya asal-asalan dan bahkan akal-akalan, juga cenderung menghalalkan segala cara untuk merekrut calon mahasiswa sebanyak-banyaknya, dengan promosi yang terkadang menjebak dengan iming-iming hadiah yang menggiurkan. Apakah ini gambaran pendidikan berkualitas ?.

Bahkan ada beberapa PTS di Jakarta yang memainkan range nilai untuk meluluskan mahasiswanya, karena mereka takut, ketika selesai ujian akhir (UTS/UAS) banyak mahasiswanya yang tidak lulus alias IP/IPK nasakom. Sehingga mereka lulus dengan angka pas-pasan yang sebenarnya mahasiswa tersebut tidak lulus. Dalam hal ini semua pihak harus melakukan introspeksi untuk bisa memberi pelayanan pendidikan yang berkualitas. Kopertis, harus bersikap tegas menindak Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang melanggar dan mensosialisasikan aturan yang tak boleh dilanggar oleh PTS.

Pengelola perguruan tinggi juga harus menghentikan semua langkah yang melanggar aturan. Kunci pengawasan itu ada secara bertahap di tangan Ketua Program Studi, Direktur, Dekan, Rektor dan Ketua Yayasan. Tantangan Lulusan Sarjana di Era Informasi. Ketika para sarjana memadati berbagai arena bursa kerja untuk menawarkan ilmu dan ijazah mereka, iklan-iklan penerimaan mahasiswa baru juga nyaris memenuhi halaman-halaman surat kabar. Dua fenomena tersebut ironis.

Promosi Perguruan Tinggi untuk menjaring calon mahasiswa sama "gencarnya" dengan peningkatan pengangguran lulusan. Di sisi lain, perlu diajukan pertanyaan, kualifikasi apakah sebenarnya yang disyaratkan oleh para pencari tenaga kerja lulusan sarjana Perguruan Tinggi ini ? Jawaban yang diperoleh para peneliti umumnya adalah campuran kualitas personal dan prestasi akademik. Tetapi pencari tenaga kerja tidak pernah mengonkretkan, misalnya, seberapa besar spesialisasi mereka mengharapkan suatu program studi di Perguruan Tinggi.

Kualifikasi seperti memiliki kemampuan numerik, problem-solving dan komunikatif sering merupakan prediksi para pengelola Perguruan Tinggi daripada pernyataan eksplisit para pencari tenaga kerja. Hasil survei menunjukkan perubahan keinginan para pencari tenaga kerja tersebut adalah dalam hal kualifikasi lulusan Perguruan Tinggi yang mereka syaratkan. Tidak setiap persyaratan kualifikasi yang dimuat di iklan lowongan kerja sama penting nilainya bagi para pencari tenaga kerja.

Dalam prakteknya, kualifikasi yang dinyatakan sebagai "paling dicari" oleh para pencari tenaga kerja juga tidak selalu menjadi kualifikasi yang "paling menentukan" diterima atau tidaknya seorang lulusan sarjana dalam suatu pekerjaan. Yang menarik, tiga kualifikasi kategori kompetensi personal, yaitu kejujuran, tanggung jawab, dan inisiatif, menjadi kualifikasi yang paling penting, paling dicari, dan paling menentukan dalam proses rekrutmen. Kompetensi interpersonal, seperti mampu bekerja sama dan fleksibel, dipandang paling dicari dan paling menentukan. Namun, meskipun sering dicantumkan di dalam iklan lowongan kerja, indeks prestasi kumulatif (IPK) sebagai salah satu indikator keunggulan akademik tidak termasuk yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan.

 Di sisi lain, reputasi institusi Pendidikan Tinggi yang antara lain diukur dengan status akreditasi program studi sama sekali tidak termasuk dalam daftar kualifikasi yang paling penting, paling dicari, ataupun paling menentukan proses rekrutmen lulusan sarjana oleh para pencari tenaga kerja. Ada kecenderungan para pencari tenaga kerja "mengabaikan" bidang studi lulusan sarjana.

Dalam sebuah wawancara, seorang kepala HRD sebuah bank di Cirebon menegaskan, kesesuaian kualitas personal dengan sifat-sifat suatu bidang pekerjaan lebih menentukan diterima atau tidaknya seorang lulusan Perguruan Tinggi. Misalnya, posisi sebagai kasir bank menuntut kecepatan, kecekatan, dan ketepatan. Maka, lulusan sarjana dengan kualitas ini punya peluang besar untuk diterima meskipun latar belakang bidang pendidikannya tidak sesuai.

Kepala HRD itu mengatakan, "Saya pernah menerima Sarjana Pertanian dari Bogor sebagai kasir di bank kami dan menolak Sarjana Ekonomi manajemen dari Bandung yang IPK-nya sangat bagus." Kualifikasi-kualifikasi yang disyaratkan dunia kerja tersebut penting diperhatikan oleh pengelola Perguruan Tinggi untuk mengatasi tidak nyambung-nya antara Perguruan Tinggi dengan dunia kerja dan pengangguran lulusan.

Jika pembenahan sistem seleksi mahasiswa baru dimaksudkan untuk menyaring mahasiswa sesuai kompetensi dasarnya, perhatian pada kualifikasi yang dituntut pasar kerja dimaksudkan sebagai patokan proses pengolahan kompetensi dasar tersebut. Untuk itu semua, kerja sama Perguruan Tinggi dan dunia kerja adalah perlu.

Selesai

Sabtu, 18 Oktober 2008

Paradigma Pengembangan Sekolah Unggulan

Diedit dan ditambah Oleh:
Wawan Nurwana dan Arip Nurahman
Indonesia University of Education

dari
Drs. Abdul Hadis


Sekolah Unggulan dapat diartikan sebagai sekolah bermutu namu dalam penerapan saya bahkan penerapan semua kalangan bahwa dalam kategori unggulan tersirat harapan-harapan terhadap apa yang dapat diharapkan dimiliki oleh siswa setelah keluar dari sekolah unggulan. Harapan itu tak lain adalah sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh orang tua siswa, pemerintah, masyarakat bahkan oleh siswa itu sendiri yaitu sejauh mana keluaran (output) sekolah itu memiliki kemampuan intelektual, moral dan keterampilan yang dapat berguna bagi masyarakat.

Untuk menyikapi semua itu, kita harus mengubah system pembelajaran yang selama ini berlaku disemua tingkat pendidikan yaitu adanya keterkungkungan siswa dana guru dalam melaksanakan PBM, saya selaku pengajar di SMA Negeri 1 Bulukumba telah merubah sisten itu sejak januari 2006. Sistem yang saya maksud adalah system dimana Siswa dan Guru dikejar dengan pencapaian target kurikulum dalam artian guru dituntut menyelesaikan semua materi yang ada dalam kurikulum tanpa memperhatikan ketuntasan belajar siswa, disamping itu adanya anggapan bahwa belajr adalah berupa transformasi pengetahuan (Transfer of knowlwdge).

Pada sisi unggulan semua system itu seharusnya tidak diterapkan agar apa yang menjadi harapan siswa, orang tua siswa, pemerintah, masyarakat bahkan kita selaku pengajar dan pendidik dapat tercapai. Mari kita sama-sama merubah semua itu dengan mengembangkan Learning How to Learn (Murphi,1992) atau belajar bagaimana belajar, artinya belajar itu tidak hanya berupa transformasi pengetahuan tetapi jauh lebih penting adalah mempersiapkan siswa belajar lebih jauh dari sumber-sumber yang mereka temukan dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain maupun dari lingkungan dimana dia tumbuh guna mengembangkan potensi dan perkembangan dirinya atau dengan kata lain belajar pada hakekatnya bagaimana mengartikulasikan pengetahu an-pengetahuan siswa kedalam kenyataan hidup yang sedang dan yang akan dihadapi oleh siswa.

Secara pribadi dalam hal mengembangkan sekolah kearah sekolah unggulan (sekolah bermutu) disamping perubahan-perubahan tersebut masih banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya : Sarana dan prasarana, Menejmen persekolahan,Visi dan Misi sekolah, Profesionalisme Guru dan lain-lain. Untuk Profesionalisme bukan berarti menguasai sebagian besar pengetahuan tatapi lebih penting adalah bagaimana membuat siswa dapat belajar, guru dan siswa disederhanakan agat tidat tercipta gep, adanya perilaku guru yang membuat siswa tersisih atau terpisah dari gurunya, guru dan siswa harus terjalin komunikasi agar dalam proses pembelajaran ada keterbukaan siswa mengeritik dan mengeluarkan pendapat. Sebab bukan tidak mungkin dengan pengaruh perkembangan teknologi siswa lebih pintar dari gurunya.

Itulah asumsi saya mengenai pengembangan sekolah unggulan, mudah-mudahan, pemerintah termasuk kawan-kawan seprofesi dapat menerapka hal tersebut bahkan mengembangkan lebih jauh lagi.

Kamis, 18 September 2008

Education in International Perspective

Add & Edited By:
Wawan Nurwana & Arip Nurahman
Indonesia University of Education
SDN 3 Bangunharja Menuju Sekolah Dasar International 2010

Education encompasses both the teaching and learning of knowledge, proper conduct, and technical competency. It thus focuses on the cultivation of skills, trades or professions, as well as mental, moral & aesthetic development.[1]

Formal education consists of systematic instruction, teaching and training by professional teachers. This consists of the application of pedagogy and the development of curricula. In a liberal education tradition, teachers draw on many different disciplines for their lessons, including psychology, philosophy, information technology, linguistics, biology, and sociology. Teachers in specialized professions such as astrophysics, law, or zoology may teach only in a narrow area, usually as professors at institutions of higher learning. There is much specialist instruction in fields of trade for those who want specific skills, such as required to be a pilot, for example. Finally, there is an array of educational opportunity in the informal sphere- for this reason, society subsidizes institutions such as museums and libraries. Informal education also includes knowledge and skills learned and refined during the course of life, including education that comes from experience in practicing a profession.

The right to education is a fundamental human right. Since 1952, Article 2 of the first Protocol to the European Convention on Human Rights obliges all signatory parties to guarantee the right to education. At world level, the United Nations' International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights of 1966 guarantees this right under its Article 13.

Contents



Systems of Formal Education


Education systems are established to provide education and training, in most cases for children and the young. A curriculum defines what students should know, understand and be able to do as the result of education. A teaching profession delivers teaching which enables learning, and a system of polices, regulations, examinations, structures and funding enables teachers to teach to the best of their abilities. Sometimes education systems can be used to promote doctrines or ideals as well as knowledge, which is known as social engineering. This can lead to political abuse of the system, particularly in totalitarian states and government. Education is a broad concept,it refers to all the experiences in which children can learn something. Instruction refers to the intentional facilitating of learning toward identified goals, delivered either by an instructor or other forms. Teaching refers to learning facilitated by a real live instructor. Training refers to learning toward preparing learners with specific knowledge, skills, or abilities that can be applied immediately.

Primary education

Main article: Primary education

Primary (or elementary) education consists of the first years of formal, structured education. In general, primary education consists of six or seven years of schooling starting at the age of 5 or 6, although this varies between and sometimes within countries. Globally, around 70% of primary-age children are enrolled in primary education, and this proportion is rising.[2]. Under the Education for All programs driven by UNESCO, most countries have committed to achieving universal enrollment in primary education by 2015, and in many countries, it is compulsory for children to receive primary education. The division between primary and secondary education is somewhat arbitrary, but it generally occurs at about eleven or twelve years of age. Some education systems have separate middle schools with the transition to the final stage of secondary education taking place at around the age of fourteen. Mostly schools, which provide primary education, are referred to as primary schools. Primary schools in these countries are often subdivided into infant schools and junior schools.

Secondary education

Main article: Secondary education

In most contemporary educational systems of the world, secondary education consists of the second years of formal education that occur during adolescence.[citation needed] It is characterised by transition from the typically compulsory, comprehensive primary education for minors to the optional, selective tertiary, "post-secondary", or "higher" education (e.g., university, vocational school) for adults.[citation needed] Depending on the system, schools for this period or a part of it may be called secondary or high schools, gymnasiums, lyceums, middle schools, colleges, or vocational schools. The exact meaning of any of these varies between the systems. The exact boundary between primary and secondary education varies from country to country and even within them, but is generally around the seventh to the tenth year of schooling. Secondary education occurs mainly during the teenage years. In the United States and Canada primary and secondary education together are sometimes referred to as K-12 education, and in New Zealand Year 1-13 is used. The purpose of secondary education can be to give common knowledge, to prepare for higher education or to train directly in a profession.


Higher education

Main article: Higher education

Higher education, also called tertiary, third stage or post secondary education, is the non-compulsory educational level following the completion of a school providing a secondary education, such as a high school, secondary school, or gymnasium[citation needed]. Tertiary education is normally taken to include undergraduate and postgraduate education, as well as vocational education and training. Colleges and universities are the main institutions that provide tertiary education. Collectively, these are sometimes known as tertiary institutions.Tertiary education generally results in the receipt of certificates, diplomas, or academic degrees.

Higher education includes teaching, research and social services activities of universities, and within the realm of teaching, it includes both the undergraduate level (sometimes referred to as tertiary education) and the graduate (or postgraduate) level (sometimes referred to as graduate school). Higher education in that country generally involves work towards a degree-level or foundation degree qualification. In most developed countries a high proportion of the population (up to 50%) now enter higher education at some time in their lives. Higher education is therefore very important to national economies, both as a significant industry in its own right, and as a source of trained and educated personnel for the rest of the economy.

Sources:

Wikipedia

Senin, 18 Agustus 2008

Pendidikan di Indonesia

Pendidikan

Oleh:

Wawan Nurwana & Arip Nurahman

Dari Wikipedia Indonesia


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Daftar isi



Jenjang pendidikan

Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Pendidikan anak usia dini

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai menstruasi sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah tanggung jawab sepenuhnya orang tua, apakah anak itu mau diarahkan Yahudi, Majusi, atau nashrani, atau Islam. pertanyaannya bagaimana kalau kedua orang tuanya sibuk bekerja?

Pendidikan dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Pendidikan menengah

Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar. yang harus dilaksanakan minimal 9 tahun

Pendidikan tinggi

Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh [[perguruan tinggi Mata pelajaran pada perguruan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA

Materi pendidikan

Materi Pendidikan harus disajikan memenuhi nilai-nilai hidup. nilai hidup meliputi nilai hidup baik dan nilai hidup jahat. penyajiannya tidak boleh pendidikan sifatnya memaksa terhadap anak didik, tetapi berikan kedua nilai hidup ini secara objektif ilmiah. dalam pendidikan yang ada di Indonesia tidak disajikan nilai hidup, sehingga bangsa Indonesia menjadi kacau balau seperti sekarang ini.

Jalur pendidikan

Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Pendidikan formal

Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan dasar, dan pendidikan lanjutan.

Pendidikan dasar mencakup pendidikan keaksaraan dasar, keaksaraan fungsional, dan keaksaraan lanjutan paling banyak ditemukan dalam pendidikan usia dini (PAUD), Taman Pendidikan Al Quran (TPA), maupun Pendidikan Lanjut Usia. Pemberantasan Buta Aksara (PBA) serta program paket A (setara SD), paket B (setara B) adalah merupakan pendidikan dasar.

Pendidikan lanjutan meliputi program paket C(setara SLA), kursus, pendidikan vokasi, latihan keterampilan lain baik dilaksanakan secara terogranisasi maupun tidak terorganisasi.

Pendidikan Non Formal mengenal pula Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai pangkalan program yang dapat berada di dalam satu kawasan setingkat atau lebih kecil dari kelurahan/desa. PKBM dalam istilah yang berlaku umum merupakan padanan dari Community Learning Center (CLC)yang menjadi bagian komponen dari Community Center.

Pendidikan informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Jenis pendidikan

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Pendidikan umum

Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Bentuknya: Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Bentuk satuan pendidikannya adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Pendidikan akademik

Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

Pendidikan profesi

Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memasuki suatu profesi atau menjadi seorang profesional.

Pendidikan vokasi

Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal dalam jenjang diploma 4 setara dengan program sarjana (strata 1).

Pendidikan keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan dan pengalaman terhadap ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

Pendidikan khusus

Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk Sekolah Luar Biasa/SLB).

Filosofi pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran.

Banyak orang yang lain, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."

Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam -- sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka -- walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.

Kualitas pendidikan

Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan -- khususnya di Indonesia -- yaitu:

  • Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
  • Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.


Lihat pula

Pranala luar



Rabu, 30 Juli 2008

Trik Sederhana Mencari Ilmu di Internet


Trik Sederhana Mencari Ilmu di Internet



Onno W Purbo, B.Sc., M.Sc., Ph.D.
-- Praktisi Teknologi Informasi--



Bagi yang sering surfing di Internet akan terasa sekali bahwa tidak mudah untuk mencari ilmu di Internet. Seringkali pada saat kita surfing justru tenggelam dalam lautan informasi; terlalu enak membaca-baca tanpa tujuan yang jelas; melihat-lihat berbagai etalase informasi di berbagai situs tanpa tujuan yang jelas hanya untuk memuaskan mata & pikiran; memang pada akhirnya kita akan memperoleh banyak informasi tapi belum tentu memperoleh sesuatu yang betul-betul bermanfaat atau biasanya maksimum kita akan memperoleh berita-berita / informasi terakhir sebagai pengganti koran.



Bagi anda yang mempunyai waktu yang sempit saya yakin tidak mungkin menggunakan pola-pola di atas untuk melakukan surfing di Internet. Kita perlu menggunakan metoda / pola yang baik supaya bisa memperoleh informasi yang sangat spesifik dengan baik dalam waktu yang singkat. Satu hal yang perlu di pegang erat-erat pada saat kita surfing adalah menentukan dengan sangat jelas niat / tujuan utama pada saat surfing tersebut - apa yang akan kita cari? Pada kesempatan ini saya akan memberikan sedikit tip & trik jika kebetulan niat anda adalah mencari ilmu di Internet.



Untuk menghemat waktu & pulsa biasanya saya surfing pada pukul 4-6 pagi (subuh); pada saat itu tidak banyak orang yang menggunakan Internet sehingga pengambilan informasi dari Internet dapat dilakukan dengan cepat & effisien. Teknik-teknik untuk melakukan sinkronisasi menggunakan browser yang kita gunakan (seperti Internet Explorer) ada baiknya di kuasai supaya tidak menghabiskan waktu / pulsa untuk membaca informasi tersebut akan tetapi cukup mendownload semua informasi tersebut ke PC yang kita gunakan & membaca-nya kemudian secara off-line pada saat telepon kita putuskan. Teknik sinkronisasi pernah saya tuliskan dalam artikel sebelumnya; dan sangat penting untuk menghemat waktu dalam mendownload berbagai informasi setelah situs-nya di temukan.



Untuk mencapai situs / informasi yang tepat trik yang harus digunakan sebetulnya tidak terlalu rumit. Cara yang paling effektif / sederhana adalah:



" Menggunakan search engine di Internet.

" Menggunakan keyword yang benar.



Jika kedua hal tersebut anda lakukan dengan baik & benar maka akan diperoleh ilmu & pengetahuan yang baik.



Ada banyak sekali search engine di Internet. Search engine hanyalah memuat daftar alamat situs (berbentuk Universal Resource Locator - URL) & subjek yang di bawa situs tersebut saja. Search engine umumnya tidak membawa informasi itu sendiri. Beberapa search engine favourite saya adalah:



http://www.yahoo.com

http://www.infoseek.com



dan untuk mencari hal-hal yang berkaitan untuk pendidikan anak-anak saya biasanya menggunakan:



http://www.yahooligans.com



Tampak pada gambar adalah tampilan yahooligans.com. Saya sangat menyarankan bagi anda yang mempunyai putra-putri untuk menggunakan situs ini untuk mencari hal-hal yang bermanfaat untuk menunjang pendidikan anak.



Yahoo.com & infoseek.com mempunyai karakteristik yang berbeda; biasanya jika kita mencari hal-hal yang cukup solid atau mencari dalam kerangka institusi, negara dll saya biasanya menggunakan yahoo.com. Untuk hal-hal yang betul-betul baru atau belum terstruktur dengan baik maka saya menggunakan infoseek.com.



Selanjutnya adalah penggunakan keyword yang tepat. Keyword tersebut di ketikan ke dalam kolom yang kosong di search engine. Tampak pada contoh situs yahooligans.com kolom untuk memasukan keyword terletak di sebelah tombol "search".



Keyword favourite saya adalah:



FAQ

Whitepaper



FAQ adalah Frequently Asked Questions (FAQ). Sesuai namanya FAQ akan memuat berbagai jawaban dari pertanyaan yang sering ditanyakan dalam sebuah bidang. Saya biasanya menggunakan FAQ sebagai awal dalam mencari berbagai informasi / pengetahuan yang saya butuhkan.



Whitepaper adalah istilah bagi berbagai ilmu / informasi yang memang di sebarkan secara gratis / cuma-cuma di Internet. Kita cukup menambahkan beberapa keyword tambahan yang menjelaskan tentang ilmu / informasi yang spesifik yang kita cari, contoh:



Faq gardening

Whitepaper telecommunication

Faq distance learning



Dengan menggunakan rangkaian keyword tersebut hampir di jamin anda akan memperoleh informasi / pengetahuan yang anda cari. Tentunya karena kita menggunakan internet maka informasi / pengetahuan yang terbanyak umumnya mengunakan bahasa inggris - konsekuensi-nya keyword yang digunakan sebaiknya dalam bahasa inggris agar kemungkinan memperoleh ilmu yang di cari dapat maksimal.



Selamat mencoba.!

Ucapan Terima Kasih:

Kepada DEPDIKNAS dan Semua Sumber Penulisan yang telah memberikan informasinya.

Arip Nurahman
Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

&

Wawan Nurwana, S.Pd. S.D.

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih

Senin, 16 Juni 2008

Mahayuna Ayuna Kadatuan


Logo kabupaten Ciamis adalah sebuah Perisai Bersudut Empat yang artinya :

Sudut tengah atas melambangkan "harus ada pemimpin yang berkewibawaan".

Kedua sudut kiri dan kanan yang sama tinggal letaknya, melambangkan "cita-cita daerah ialah adil dan makmur".


Ketiga sudut bagian atas melambangkan syarat minimum kesejahteraan masyarakat yaitu: sandang pangan yang cukup, keamanan dan keinsyafan/kepercayaan.


Keempat sudut perisai, melambangkan syarat untuk tercapainya kemakmuran menurut leluhur bangsa Indonesia ialah : setia kepada pemimpin meniadakan musuh-musuh, bertindak adil menurut hukum yang berlaku, waspada setiap saat demi keselamatan daerah dan negara.


Di dalam perisai tersebut terdapat lukisan-lukisan

Pohon kelapa melambangkan penghasilan daerah Ciamis yang terutama disamping padi.

Gunung Sawal melambangkan mengenangkan para leluhur Ciamis.

Bidang Kuning Mas mendatar melambangkan daerah padi.

Bidang putih bergerigi, melambangkan benteng pertahanan.

Bidang putih mendatar berisi gubahan rumput, melambangkan rawa.

Lengkung-lengkung putih, melambangkan laut dan sungai.

Bundaran kuning mas yang menyerupai payung yang terkembang, melambangkan kerajinan tangan, seni budaya kekal (langgeng) ketekunan.

Pada bagian bawah perisai terdapat sebuah kalimat "Mahayunan Ayuna Kadatuan" yang berarti menghadapi pembangunan kebahagian daerah.

Arti warna-warni :

Ungu : Kekayaan budhi
Kuning : Kekayaan duniawi, cahaya kelegaan
Hijau : Damai, subur
Putih : Suci, bersih
Hitam : Tegas, kuat



Sumber dari:

http://urangpakidulan.multiply.com/journal/item/2/Arti_Logo_Kabupaten_Ciamis

Minggu, 18 Mei 2008

Pendidikan Dasar

Oleh:
Wawan Nurwana & Arip Nurahman
Indonesia University of Education
dari Wikipedia Indonesia

Pendidikan dasar
adalah jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Di akhir masa pendidikan dasar selama 6 (enam) tahun pertama (SD/MI), para siswa harus mengikuti dan lulus dari Ujian Nasional (UN) untuk dapat melanjutkan pendidikannya ke tingkat selanjutnya (SMP/MTs) dengan lama pendidikan 3 (tiga) tahun.

Satuan pendidikan penyelenggara


Sekolah Dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal di Indonesia. Sekolah Dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari Kelas 1 sampai Kelas 6. Saat ini murid Kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang mempengaruhi kelulusan siswa. Lulusan Sekolah Dasar dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat).

Pelajar Sekolah Dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni Sekolah Dasar (atau sederajat) 6 tahun dan Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat) 3 tahun.

Sekolah Dasar diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional, kini menjadi tanggung jawab kabupaten/kota. Sedangkan Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, Sekolah Dasar Negeri berada di bawah Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan di kecamatan.



Budaya

  • Sekolah Dasar negeri di Indonesia umumnya menggunakan seragam putih merah untuk hari hari biasa, seragam coklat untuk pramuka/ hari tertentu, dan pada sekolah-sekolah tertentu menggunakan seragam putih-putih untuk upacara bendera
  • Upacara bendera dilaksanakan setiap hari Senin pagi sebelum dimulai pelajaran.
Sumber:

Wikipedia

Jumat, 18 April 2008

Pendidikan Bermutu di Tengah Pentas Budaya Instan I


Disusun dan Diedit Oleh:
Wawan Nurwana dan Arip Nurahman
Indonesia University of Education



Kita tidak boleh terjebak pada persepsi yang keliru bahwa pendikan yang bermutu itu adalah pendidikan yang mahal. Kebabanyakan masyarakat kita masih mempersepsikan bahwa mutu yang tinggi identik dengan harga mahal. Demikian juga dcngan sistem pendidikan, pendidikan yang bermutu dipersepsikan pastinya memerlukan biaya yang lebih banyak. Mestinya tidak perlu demikian, "PENDIDIKAN TIDAK HARUS MAHAL".


Sumber Dari:

Tata Sutabri S.Kom, MM.

Deputy Chairman of STMIK INTI INDONESIA, Pemerhati Dunia Pendidikan TI, Jl. Arjuna Utara No.35 – Duri Kepa Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11510 Telp. 5654969, e-mail : tata.sutabri@inti.ac.id



Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.



Zaman sudah berubah. Semua orang maunya serba cepat. Jadinya, cenderung mengabaikan proses tapi ingin segera mendapat hasil. Apalagi di negara dengan etos kerja rendah seperti Indonesia. Akibatnya, budaya instan mulai masuk ke setiap kehidupan kita. Hidup di zaman modern seperti sekarang ini segala sesuatu dapat kita dapatkan dengan mudah, praktis dan cepat.

Kemajuan teknologi telah memanjakan kita. Mau ngobrol dengan rekan atau saudara yang bermukim di belahan dunia lain, tinggal angkat telepon atau buka internet. Ingin belanja atau makan di restoran tapi malas keluar, tinggal pesan lewat telepon atau beli lewat situs.

Mau transaksi transfer uang, bayar listrik, kartu kredit, beli pulsa tidak perlu susah-susah ke bank atau ATM. Semua bisa dilakukan lewat handphone. Bagi cewek-cewek yang ingin rambut panjang tidak perlu harus menunggu sampai berbulan-bulan. Cukup tunggu ½ jam saja dengan teknik hair extension, rambut bisa panjang sesuai keinginan.



Maklum, orang makin sibuk. Malas direpotkan dengan hal-hal ribet. Maunya serba instan. Salahkah itu?, selama masih mengikuti hukum alam, serba instan itu sah-sah saja. “Hidup yang baik dan sukses adalah hidup yang sesuai dengan proses alam”. Sampai level tertentu teknologi bisa kita pakai untuk mempercepat hal-hal yang bisa dipercepat sesuai hukum alam.


Kemajuan teknologi dan tuntutan zaman, memungkinkan kita mendapatkan sesuatu serba cepat. Tetapi tidak asal cepat. Kualitas harus tetap terjaga. “Padi 100 hari baru panen itu bagus”. Tapi ingat itu ada yang bisa dipercepat. Mestinya, hasilnya harus lebih baik. Jadi, cepat, baik dan bermutu harus berlangsung bersama.


Sayangnya, yang terjadi justru sebaliknya. Mendapatkan sesuatu dengan mudah membuat orang enggan bersusah payah. Tak mau melewati proses. Alias malas. Yang penting cepat !.

Bermutu atau tidak, itu urusan nanti. Berorientasi hanya pada hasil. Proses tidak penting. Parahnya, “virus” itu sudah menyebar ke berbagai aspek kehidupan. Ingin sukses dengan cara instan. Jadilah, banyak orang korupsi, punya gelar palsu, beli skripsi, ijazah aspal, asal lulus, cepat kaya lewat penggandaan uang dan lain sebagainya.

Kalau memang berat, membosankan dan ketinggalan zaman mengapa kita harus bermutu? Kalau ada cara cepat yang memberi hasil, mengapa tidak dicoba?.

Lebih lanjut, sekarang ini sudah terjadi pergeseran nilai di masyarakat. Orang makin individualis dan cenderung melecehkan hak orang lain. Untuk mengejar kesuksesannya, orang tak ragu-ragu mengorbankan orang lain.

Bersambung

Sabtu, 01 Maret 2008

Anak Sekolah Dasar Terpencil Juga Berhak Nikmati Akses ICT

Anak Sekolah Dasar Terpencil Juga Berhak Nikmati Akses ICT




Desa Bangunharja, Dewasa ini, akses untuk teknologi informasi dan telekomunikasi (information and communication technology/ICT) memang sepatutnya tidak hanya dinikmati orang berpunya dan yang tinggal di kota-kota besar saja, namun juga anak-anak SD terpencil yang notabene dari kalangan tidak mampu.


Dunia komputer yang terus berkembang menuntut setiap orang harus menyesuaikan jika tidak mau ketinggalan jaman. Informasi berkembang begitu cepat dan tersedia dengan mudah dan murah. Internet merupakan salah satu perkembangan teknologi komunikasi modern yang mau tidak mau harus diikuti karena melalui internet diperoleh informasi yang begitu banyak, lengkap, cepat, dan murah. Internet menjadi kebutuhan baru baik bagi individu yang mengikuti perkembangan teknologi maupun bagi instansi.

Pembelajaran komputer di sekolah dasar merupakan hal baru yang belum semua sekolah melaksanakan terkait dengan ketiadaan sarana dan prasarana. Selain itu pengetahuan tentang komputer merupakan hal yang relatif baru. Namun karena pendidikan harus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pembelajaran komputer secara perlahan tapi pasti akan menjadi suatu kebutuhan sekolah.


Setiap sekolah di Indonesia perlu mendapat akses terhadap Iptek ini.


Contoh Kegiatan

Berikut ini adalah salah satu kegiatan dalam pengenalan ICT terhadap anak-anak kurang mampu yang dilakukan oleh AIESEC Local Committee Universitas Indonesia

“Padahal di era ICT literate ini, semua berhak mengakses ICT, termasuk anak-anak tidak mampu di daerah terpencil,” kata Isya Hanum, Organizing Committee President of Children of Tomorrow AIESEC University of Indonesia.
Oleh sebab itu, melalui program Children of Tomorrow, AIESEC Local Committee Universitas Indonesia berupaya mengenalkan ICT di dunia pendidikan, termasuk anak-anak kurang mampu tersebut.

“Kami percaya, dengan akses terhadap ICT mampu menyamaratakan mereka dengan anak-anak yang lebih mampu,” tambahnya, optimistis.

AIESEC merupakan organisasi nirlaba internasional yang sepenuhnya dijalankan oleh para mahasiswa yang peduli pada pengembangan anak muda, komunitas, serta lingkungan sekitar. AIESEC ada di lebih 800 universitas di 90 negara, termasuk di Indonesia.

Berbekal kemauan dan keyakinan, para mahasiswa di seluruh dunia bahu membahu mengenalkan ICT kepada anak-anak kurang mampu dengan satu misi, masa depan yang lebih baik.

“Kami selalu bilang pada anak-anak, komputer dan Internet merupakan perpustakaan dunia,” Hanum menambahkan.


Sumber:

1. http://www.ui.ac.id/
2. http://www.aiesec.org/

Minggu, 17 Februari 2008

Visi dan Misi Sekolah

Visi dan Misi Sekolah

2018 Terbaik di Kecamatan Cisaga
2025 Terbaik di Kabupaten Ciamis

1. Sekolah Pengembang Akhlakul Karimah

(7 Budi Utama)
* JUJUR
* TANGGUNG JAWAB
* VISIONER,
* DISIPLIN
* KERJA SAMA
* ADIL DAN
* PEDULI

2. Berwawasan IPTEK Internasional
*TI&K
*Bahasa Inggris
3. Berwawasan Alam dan Lingkungan Hidup Serta Budaya Lokal
4. Sekolah Pengembangan Olahraga
(Sepak Bola)

Jumat, 01 Februari 2008

Siapa Guru Itu?


Bissmillahirrohmanirrohim

Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sebuah sertifikat guru. Sertifikat guru adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikat guru didapat melalui proses yang disebut sertifikasi guru.Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.

Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Kedudukan guru tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

* Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
* Berakhlak mulia,
* Sehat,
* Berilmu,
* Cakap,
* Kreatif,
* Mandiri, serta
* Menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pofesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

* Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
* Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
* Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
* Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
* Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;
* Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;
*Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
*Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan
*Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Pemberdayaan profesi guru diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

*Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
*Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
*Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
*Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
*Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.


Maju Terus Pendidikan Desa dan Bangsa Kita.

Semangat

Sumber: 

Situs Resmi Pemerintahan Kota Banjar
Desa Bangunharja
Sekolah-Sekolah di Desa ku.