Senin, 28 Juni 2010

Tidak Semua Orang Tua Tahu Pengalaman Buruk Anak saat Online


Hasil studi global terkait keamanan cyber mengungkap, anak-anak menghabiskan waktu online rata-rata 11 jam per minggu dan pernah mengalami pengalaman buruk seperti tak sengaja mengunduh virus atau mendarat di situs porno. Mereka umumnya merasa sangat bersalah saat melakukan itu.

Survei yang dilakukan secara global itu menemukan bahwa secara global, hanya 45 persen orang tua menyadari bahwa anak-anak mereka pernah mengalami pengalaman buruk saat online. Sekitar 20 persen dari anak-anak yang disurvei mengaku, orang tua mereka tidak mengetahui apa yang mereka lakukan saat online.

Hasil studi tersebut terungkap dalam Norton Online Family Report, dari perusahaan pembuat software anti-virus Symantec. Lynn Hargrove dari Symantec Kanada mengungkap, saat mengalami pengalaman buruk, anak-anak juga merasa marah, kecewa, takut, terabaikan, dan juga malu. Kata-kata seperti itulah yang dikemukakan anak-anak yang disurvei untuk menggambarkan perasaan mereka tentang pengalaman buruk saat online.

Bertemu “teman” yang tak diinginkan di situs jejaring sosial dan diajak bertemu dengan orang yang belum mereka kenal, juga dialami oleh anak-anak.

Survei tahunan ini melibatkan responden yang terdiri dari 2.800 anak-anak di 14 negara, termasuk Kanada, Amerika Serikat, Cina dan Swedia, tentang aktivitas online mereka. Survei ini juga menyertakan 1.600 orang tua yang memiliki anak usia 8-17 tahun. Hasil survei juga menunjukkan, 70 persen anak mengaku akan mengadu pada orang tua jika terjadi sesuatu yang buruk pada mereka.

Imbauan untuk Orang Tua

Hargrove mengimbau agar para orang tua sebaiknya sadar bahwa anak-anak mampu mengunduh lebih banyak hal dari yang dibayangkan. Hal tersebut bisa menyebabkan anak-anak terpapar konten negatif yang tak pantas untuk mereka, atau konten-konten yang membujuk anak untuk membeberkan informasi pribadi.

Pengalaman buruk saat online memang tidak serta-merta mengubah perilaku anak, tapi mereka butuh seseorang untuk diajak bicara tentang apa yang mereka alami saat online. Saat itu terjadi, orang tualah yang seharusnya ada untuk mereka.

Hargrove menyarankan agar orang tua dan anak menggelar percakapan informal tentang hal ini. Mungkin bisa dimulai dengan bertanya pada anak tentang situs apa yang mereka suka dan aktivitas apa yang membuat mereka tertarik untuk online. Lalu obrolan bisa dilanjutkan dengan bertanya pernahkah mereka mengalami pengalaman buruk saat online.

Michael Zwaagstra, guru SMA yang meneliti dampak komputer di ruang kelas mengungkap, penting bagi orang tua yang memiliki anak yang masih muda untuk tidak bersikeras dengan pola pandang “semua yang anak lakukan di internet adalah privasi mereka dan bukan urusan orang tua”.

Menurut Zwaagstra, internet adalah ruang publik dan semua hal yang bisa dilakukan seseorang bisa diakses orang lain. Oleh karena itu orang tua berhak dan wajib mengawasi apa yang dilakukan anak-anak mereka di internet.

Sumber:

1. http://www.winnipegfreepress.com/

2. Internet Sehat

Di Susun Ulang Oleh:

1. Wawan Nurwana, S.Pd.

2. Arip Nurahman

3. Fahmi Ramadhan


Semoga Bermanfaat dan Terima Kasih

Sabtu, 26 Juni 2010

Materi Ajar Komputer Di Sekolah Dasar


Seiring kemajuan teknologi saat ini, komputer harus dikenalkan pada anak-anak sejak dini. Pernyataan ini telah menimbulkan pro kontra di kalangan orang tua dan pemerhati pendidikan. Terlepas dari pro tersebut di beberapa sekolah di Yogyakarta telah menjadikannya sebagai pelajaran tambahan alias Muatan Lokal. Bahkan sejumlah sekolah dasar sudah memasukkan pelajaran komputer dalam kurikulumnya. Berikut panduan materi yang dapat digunakan sebagai referensi bagi para guru komputer di Sekolah Dasar.

SEJARAH KOMPUTER - download

PENGENALAN KOMPUTER DASAR - download

Sumber;

http://sarkomkar.blogspot.com/

Sabtu, 12 Juni 2010

Model Silabus SD Kls 4

Model Silabus SD Kls 4 Th. 2009 Download



PENGANTAR REVISI 2009

Model silabus untuk sekolah dasar sebagai pendukung pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disusun dan diterbitkan pada tahun 2007 oleh Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional sebagai rangkaian dari tindak lanjut pemberlakuan Standar Isi (Peraturan Mendiknas No. 22 Tahun 2006) dan Standar Kompetensi Lulusan (Peraturan Mendiknas No. 23 Tahun 2006).

Review terhadap semua model pelaksanaan KTSP di SD dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas model silabus agar menjadi lebih baik. Review juga dilakukan untuk menyesuaikan 8 Standar Nasional Pendidikan yang telah diterbitkan di antaranya Standar Pengelolaan Pendidikan (Peraturan Mendiknas No. 19 Tahun 2007), Standar Penilaian (Peraturan Mendiknas No. 20 Tahun 2007), an Standar Proses (Peraturan Mendiknas No. 41 Tahun 2007).


Pengadaan model silabus ini tidak dimaksudkan untuk membatasi kreativitas sekolah dalam mengembangkan silabus, tetapi sekedar memberikan contoh bagi sekolah untuk melaksanakan KTSP paling lambat pada tahun ajaran 2009/2010 sebagaimana diatur dalam Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006. Model atau contoh ini dapat dimodifikasi dan dikembangkan oleh sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.


Ucapan terima kasih serta penghargaan kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan dan review terhadap model ini. Semoga model ini dapat membantu dan menginspirasi sekolah dalam menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Sumber:

http://www.ditptksd.go.id/