Sabtu, 19 Desember 2009

Pengalaman Si Guru Desa


INTEGRATION ICT IN EDUCATION

Indonesian
Experiences

Prof. Dr. Ir. Dodi Nandika-- Sekjen Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)

Disampaikan dalam:

INTERNATIONAL SYMPOSIUM OPEN, DISTANCE AND E-LEARNING
(ISODEL) 2009

Sekilas Tentang:

Prof. Dodi

ini mengaku banyak mendapat berkah dari rayap. Lewat serangga yang besaran tubuhnya hanya 3 milimeter itu, Prof Dodi tidak saja mendapat limpahan materi, tetapi juga nama besarnya. Bahkan, laboratorium rayap yang dikembangkan selama 25 tahun masa karirnya di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) itu sekarang telah menjadi pusat rujukan antar perguruan tinggi.

"Laboratorium rayap yang saya kembangkan itu telah banyak dipergunakan oleh mahasiswa bukan saja dari IPB, tetapi juga perguruan tinggi lain. Bahkan, kami juga kerap mendapat order dari sejumlah perusahaan anti-serangga untuk uji produk. Sehingga laboratorium bisa membiayai sendiri kegiatan penelitian yang kita lakukan," kata Prof Dodi Nandika dalam percakapannya dengan Suara Karya di ruang kerjanya di Kantor Depdiknas, Jakarta, Kamis (13/10).

Pengalaman menarik selama beternak rayap adalah membuat aneka penganan dari rayap. Bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Gizi Pangan IPB dan mahasiswa bimbingannya, Prof Dodi pernah melakukan uji coba pembuatan aneka penganan seperti kerupuk, rempeyek, permen, jelly dan cokkies dari rayap. Penganan itu terasa istimewa karena kandungan gizinya yang lebih tinggi dibanding kedelai.

"Hampir seluruh mahasiswa yang diminta untuk mencoba penganan itu tidak menolak rasanya. Mereka tidak tahu kalau penganan itu dibuat dari rayap. Saat dibuat kerupuk rasanya tidak jauh dibandingkan dengan kerupuk ikan belida dari Palembang. Hanya saja warnanya yang agak kehitaman sehingga kurang menggoda selera," katanya sambil tertawa berderai.

Karena itu, Prof Dodi melihat peluang yang cukup besar bagi rayap untuk dibudidayakan secara ekonomis. Karena dari segi mutu, kerenyahan, tekstur, kembang susut, gizi maupun ketengikannya tidak kalah dibandingkan dengan penganan dari ikan. Rayap yang dipergunakan adalah jenis kayu basah yang bentuknya besar dan gemuk.

"Teknologi yang dipakai sederhana yaitu menggunakan teknik isolasi yang memisahkan protein dan bahan bergizi lainnya dari "sampah" sehingga bahan yang kita pergunakan benar-benar tidak mengandung unsur yang berbahaya," ucap Prof Dodi yang menyayangkan penemuan yang cukup berharga itu ternyata belum direspon kalangan industri.

Begitu dinamisnya kegiatan di laboratorium rayap membuat Prof Dodi Nandika selalu kangen untuk meluncur ke sana. Namun, hal itu baru bisa dilakukannya pada hari Sabtu. "Begitu ada waktu luang di hari Sabtu, biasanya saya langsung meluncur ke lab saya di kampus IPB di Jalan Darmaga. Saya kangen dengan celoteh mahasiswa-mahasiswa saya yang biasanya banyak informasi terbaru soal rayap," ujar pria kelahiran Rangkasbitung, Banten, 7 Desember 1951 itu.

Prof Dodi mengungkapkan, dirinya dalam beberapa bulan terakhir ini hampir tidak sempat lagi berkunjung ke "rumah" keduanya, kampus IPB. Maklum, jabatannya sebagai orang nomor dua di Depdiknas yang banyak terkait dengan birokrasi sangat berlawanan dengan jiwa penelitinya yang cenderung bebas. Kondisi itu ternyata sempat membuatnya stress selama hampir 3 bulan.

"Selama tiga bulan itu, saya terus melakukan penyesuaian atas pekerjaan baru yang jenis pekerjaannya sangat berlawanan dengan watak peneliti yang cenderung bebas. Karena peneliti itu tidak punya atasan secara langsung. Usaha itu tidak mudah memang. Tetapi karena saya termasuk tipe orang yang suka belajar dan kerja keras, akhirnya dalam waktu tiga bulan semua tantangan itu bisa terlalui. Sekarang saya sudah lebih enjoy," tutur ayah tiga orang putri ini.

Karir Prof Dodi Nandika di Depdiknas dimulai tahun 2002 lalu sebagai Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti). Setelah itu, karirnya menanjak sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Depdiknas. "Karena latar belakang pendidikan saya yang banyak di penelitian, saya menikmati sekali pekerjaan di litbang ini," kata Prof Dodi yang diangkat sebagai Sekjen Depdiknas sejak Mei 2005.

Sedangkan karir Prof Dodi Nandika di IPB dimulai dari bawah sebagai dosen. Baru pada tahun 1988 ia dipercaya sebagai sebagai Asisten Direktur Administrasi, Pusat Antar Universitas (PAU) Ilmu Hayat IPB. Karirnya terus meningkat dengan menjadi Asisten Direktur Program PAU, lalu diangkat sebagai Direktur PAU Ilmu Hayat IPB merangkap Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Program Pasca Sarjana IPB pada tahun 1999-2002.

"Setelah itu karir saya berkembang di Depdiknas," ucap Prof Dodi yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Penasehat Yayasan Pengembangan SDM Banten itu.

Prof Dodi menuturkan, perjalanan akademis maupun karirnya itu tak lepas dari didikan keras ayahnya, (alm) Ami Sukardi --Kepala Taman Nasional Ujung Kulon. Sejak kecil, ia sudah di setting sebagai ahli kehutanan. Sementara adik dan kakanya di setting agar cita-citanya sesuai dengan keinginan ayahnya. Karena itu setiap hari ayahnya "mencekoki" Dodi kecil dengan cerita-cerita yang tak jauh dari hal-hal yang berbau kehutanan dan konservasi alam.

"Ayah saya itu sangat otoriter. Waktu kecil saya seperti robot yang harus mengikuti apa yang diucapkan ayah. Mulai dari bangun pagi, makan, sekolah, pulang sekolah, belajar, mengaji hingga belajar lagi di malam hari begitu teratur. Keluar dari jalur yang sudah ditetapkan, saya pernah dirotan. Waktu itu saya bolos ngaji terus main bola, pulangnya ayah sudah menunggu di depan pintu dengan tangan memegang rotan," katanya.

Karena tidak ada kesempatan untuk bermain dengan teman sebaya, Prof Dodi mengaku, masa kecilnya ia sangat kuper (kurang pergaulan). Ia hanya punya teman main sebanyak 7 orang. Karena waktunya banyak dihabiskan untuk belajar, tak heran bila Prof Dodi cukup berprestasi di sekolah. "Saya berprestasi bukan karena pandai, tetapi karena saya paling banyak belajar dibanding teman-teman," kata Prof Dodi sambil bergurau.

Sikap keras ayahnya terlihat saat akan mendaftar di IPB, setiap calon mahasiswa mendapat kesempatan untuk menulis dua pilihan program studi. Ia diminta untuk menulis satu pilihan saja yaitu Fakultas Kehutanan saja. Pilihan lain dibiarkan kosong. "Untungnya saya diterima, kalau nggak habis riwayat saya," ujarnya.

Saat akan skripsi S-1, Prof Dodi mengaku kebingungan mengambil tema penelitian. Akhirnya dipilih soal rayap atas saran salah seorang dosennya. "Setelah itu, saya mulai jatuh cinta pada rayap. Begitupun saat saya mengambil program S-2 dan program doktor, yang tak jauh-jauh dari rayap. Karena ternyata rayap itu telah memberi saya limpahan materi, mengingat tak banyak orang yang menekuni binatang ini secara konsisten," kata suami dari Mimin Susiani itu.

Dua puluh lima tahun ber"gaul" dengan rayap, Prof Dodi menyebut banyak nilai-nilai yang bisa diambil manusia dari kehidupan rayap. Pertama, nilai kebersamaan. Rayap adalah serangga yang tergolong social insect dimana tidak bisa hidup sendirian. Karena tidak ada yang patut dibanggakan dari rayap yang bertumbuh sangat kecil, jalan sangat lambat, lembek dan buta.

"Tetapi hati-hati bila rayap sudah bersama, mereka bisa membentuk satu kekuatan untuk merusak tanah, kayu maupun pohon," ujarnya. Nilai kedua adalah disiplin. Karena para rayap itu bekerja sesuai dengan bidang kerjanya dan tepat waktu. Misalnya, rayap pekerja akan giat bekerja dan ratu rayap yang terus bereproduksi. Nilai ketiga adalah bela negara, khusus untuk rayap tentara yang berani mati untuk membela koloninya. Nilai keempat adalah rayap adalah pekerja keras. Tidak ada waktu bagi mereka untuk bermalas-malasan. Pembagian kerja dilakukan secara bergantian.


Dan nilai kelima adalah efisiensi. Rayap memakan bangsanya sendiri yang sedang sekarat sehingga tidak ada yang terbuang percuma. Sehingga tidak ada protein yang membusuk yang bisa mencemari lingkungan. Proteinnya diselamatkan para pekerja untuk energi lagi.

Pada musim tertentu, rayap menjadi laron dan beterbangan di bawah sinar lampu secara berpasang-pasangan. Setelah melepas sayapnya, pasangan rayap itu melakukan perkawinan dan mencari lokasi untuk membuat koloni. Bila dia berasal dari rayap kayu kering, biasanya sasarannya mencari kayu kering pula. Misalnya saja mebel. Dia masuk lewat retakan kecil mebel tadi. Rayap bisa masuk ke dalam rumah melalui fondasi atau kayu dinding rumah. Sedangkan laron yang berasal dari rayap tanah akan kembali ke tanah.

"Satu koloni rayap itu bisa mencapai jutaan ekor. Karena itu, jangan tertipu telah berhasil memberantas rayap di rumah, karena sebenarnya koloninya sudah berkembang men- capai jutaan ekor di dalam tanah. Namum, tidak perlu khawatir karena teknologi untuk memberantas rayap sudah demikian maju," tuturnya.

Saat ditanya apa yang akan dilakukan saat pensiunan, Prof Dodi akan tetap "menggeluti" rayap di laboratorium rayap miliknya hingga tidak mampu lagi. Hal lain adalah menulis buku, yaitu buku soal rayap dan biografi. Saat ini, Prof Dodi telah menulis buku berjudul "Rayap, Biologi dan Pengendaliannya" hasil penelitian bersama dua orang mahasiswa program doktornya, Yudi Rismayadi dan Farah Diba. "Di masa depan, saya ingin lebih banyak menulis buku," kata Ketua Dewan Pakar/Penasehat Ahli Ikatan Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia itu. (Tri Wahyuni)

Jumat, 18 Desember 2009

Pengalaman Si Guru Desa

INTERNATIONAL SYMPOSIUM OPEN, DISTANCE AND E-LEARNING

(ISODEL) 2009

8 - 11 December 2009

Sheraton Mustika Yogyakarta Resort & Spa

Yogyakarta, Indonesia


Thank to all the parties that has been supported and worked for the success of ISODEL 2009

NEW:

Download Presentation


PLENARY:



Plenary 3

PARALLEL

Parallel 1A

Parallel 1B

Parallel 1C

Parallel 1D

Parallel 2A

Parallel 2B

Parallel 2C

Parallel 2D

Parallel 3A

Parallel 3B

Parallel 3C

Parallel 3D

Parallel 3E

Summary and Recommendation


Education in Digital Era:

CONTINUOUS PROFESSIONAL DEVELOPMENT FOR ICT-BASED LEARNING

The massive development of Information and Communication Technology (ICT) creates fundamental changes in all aspects of human life, including education. Today, ICT is a main part of educational system and it has inspired a change in teaching and learning approach.
The emerging ICT inevitably forces the government, educators, and trainers in all countries to maintain a continuous professional development especially for teachers.
With reference to the success of the implementation of ISODEL 2007 in Bali on "The Emerging Technology for Teaching and Learning: A New paradigm of Learning", ICT Center for Education (Pustekkom) Ministry of National Education (MONE) would like to conduct ISODEL 2009 with its theme "Education in Digital Era: Continuous Professional Development for ICT-based Learning".
ISODEL 2009 provides a highly worthy opportunity to policy makers, scientists, academics, researchers, and practitioners from across the globe to acknowledge and share ideas, inputs and recommendations in solving global problems in education with current strategy and tactics from experts in mutual synergy and collaboration.

MINISTRY OF NATIONAL EDUCATION, INDONESIA

CENTRE FOR INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY FOR EDUCATION

Pengalaman Si Guru Desa

(Wawan Nurwana, S.Pd. & Arip Nurahman)

What is SEAMEO ?

The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) was established on 30 November 1965 as a chartered international organisation whose purpose is to promote cooperation in education, science and culture in the Southeast Asian region.

Brunei Darussalam CambodiaIndonesiaLao PDR




MalaysiaMyanmarPhilippinesSingapore







ThailandTimor-LesteSocialist Republic of Vietnam

Click on the Flag to view information of the country

Vision

A dynamic, self reliant, strategic policy-driven and internationally recognised regional organisation for strengthening regional understanding and cooperation in education, science and culture for a better quality of life

Mission

To enhance regional understanding and cooperation and unity of purpose among SEAMEO Member Countries and achieve a better quality of life through:

  • the establishment of networks and partnerships
  • the provision of an intellectual forum for policy makers and experts
  • the promotion of sustainable human resource development

Goals

  • To develop regional Centres of Excellence of international standard
  • To provide relevant and excellent programs in training, research and development, information dissemination and policy analysis and evaluation in SEAMEO 's areas of specialisation
  • To strengthen the organizational capability to initiate and manage change and development, to meet the challenges of globalisation
  • To strengthen SEAMEO's management capability in order to meet Member Countries' needs effectively and efficiently
  • To promote research and development in education, science and culture and improve the dissemination mechanisms
  • To enhance collaboration among SEAMEO Member Countries and relevant organisations
  • To ensure continued financial viability by exploring alternative sources of funding

Areas of Priority

  1. Agriculture and Natural Resources
  2. Culture and Tradition
  3. Information and Communications Technology
  4. Language
  5. Poverty Alleviation
  6. Preventive Health Education
  7. Quality and Equity in Education

Strengths

  1. The Organization is non-profit and not politically oriented
  2. SEAMEO has the largest grouping of country membership (11 Member Countries) in the region to deliver programmes in education
  3. Its flexibility and resilience has enabled it to meet the challenges posed by the fast changing political and socio-economic development in the region
  4. Its professional and technical programmes and activities that are often conducted on a regular scheduled basis are special and unique
  5. The Organization has built a strong infrastructure of extensive physical and equipment resources. Almost every Centre has its own campus, training, research and information dissemination, dormitory facilities to enable it to carry out its functions successfully and with quality
  6. Non-tangible resources of the Organization include its vast experiences, information, extensive network of contacts and linkages both nationally and internationally
  7. Its activities are focused on the universally appealing theme of human resources development including sustainable development. This helps make SEAMEO attractive to countries wishing to make contributions to sustainable development at the grassroots level in Southeast Asia
  8. The competence and experience of its personnel, complemented by the technical expertise provided by the SEAMEO Associate Member Countries and partner agencies, accounts for the quality and impact of its programmes and activities.
  9. The regional characteristic of the Centres professional staff also contributes to the richness in experience and competence of every Centre to handle projects that it undertakes. SEAMEO activities are not limited to Member Countries within Southeast Asia but are also open to participants, programmes and activities from outside the region. Interactions in these activities further enrich the experiences of the participants as well.

Funding

The Operational Budget for the SEAMEO Secretariat is underwritten by the Member Countries whereby the respective annual share is determined by the Asian Development Bank contribution index. The Operational Budget of the TROPMED Central Network likewise is equally shared by the SEAMEO Member Countries.

The Centres operational budget, capital and annually recurring costs of each Centre are underwritten by their host countries.

The Special Fund is a central fund administered by the SEAMEO Secretariat in order to support regular programmes and activities of SEAMEO Centres. Such programmes and activities include:

  • Annual awards given by SEAMEO parters to outstanding personnel in various categories in the fields of education, science and culture in Southeast Asia
  • Governing Board Meetings
  • Personnel exchanges
  • Project feasibility studies
  • Research and development projects in education, science and culture
  • Research fellowships and grants
  • SEAMEO students exchange programme
  • Seminars and special conferences
  • Training and research scholarships


The SEAMEO Educational Development Fund (SEAMEO EDF) is the lifeblood of the Organization and has been established to serve as the central repository of gifts for SEAMEO to support the requirements of Special Funds and other Funds.

Other Funds has been established to support specific programmes and projects of various SEAMEO units which are not covered by the Operational and Special Funds.

SEAMEO Centres
The SEAMEO has 19 specialist institutions that undertake training and research programs in various fields of education, science, and culture. Each Regional Centre has a Governing Board composed of senior education officials from each SEAMEO Member Country. The Governing Board reviews the Centres’ operations and budget and sets their policies and programmes.

SEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel(QITEP) in Mathematics ,Indonesia Regional Centre for Higher Education and Development (RIHED), Thailand TROPMED Regional Centre for Tropical Medicine (TROPMED), Thailand SEAMEO Secretariat, Thailand Regional Centre for History and Tradition (CHAT), Myanmar Regional Training Centre (RETRAC), Vietnam TROPMED Regional Centre for Public Health (TROPMED), Philippines Regional Centre for Vocational and Technical Education and Training (VOCTECH), Brunei Darussalam Regional Centre for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA), Philippines Regional Centre for Educational Innovation and Technology (INNOTECH), Philippines TROPMED Regional Centre for Community Nutrition  (TROPMED), Indonesia Regional Open Learning Centre (SEAMEOLEC), Indonesia Regional Centre for Tropical Biology (BIOTROP), Indonesia TROPMED Regional Centre for Microbiology, Parasitology and Entomology (TROPMED), Malaysia Regional Centre for Education in Science and Mathematics (RECSAM), Malaysia Regional for Archaeology and Fine Arts (SPAFA), ThailandSEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel(QITEP) in Mathematics, Indonesia Regional Language Centre (RELC), Singapore



SEAMEO BIOTROP

SEAMEO Regional Centre for Tropical Biology

Located in Bogor, Indonesia, the main activities of the SEAMEO BIOTROP focus on Forest, Pest and Aquatic Biology. It assists SEAMEO Member Countries in developing the expertise to identify, prioritise, analyse and recommend solutions or alternative approaches to critical biological problems in the region, especially those related to sustainable development of tropical ecosystems.
< Contact details >

SEAMEO CHAT
SEAMEO Regional Centre for History and Tradition

Based in Myanmar, the SEAMEO CHAT was inaugurated in December 2000, making it SEAMEO’s newest Centre of Excellence. It promotes cooperation in the study of history and tradition among SEAMEO Member Countries through research, human resource development, education and networking.
[Centre Directors' Meeting Annual Report 2008-2009]
< Contact details >

SEAMEO INNOTECH
SEAMEO Regional Centre for Educational Innovation and Technology

Based in the Philippines, the SEAMEO INNOTECH initiates and disseminates innovative and technology oriented educational programmes that help SEAMEO Member Countries identify and solve common or unique educational problems and address anticipated needs.
< Contact details >

SEAMEO QITEP in Language

SEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language

Hosted by the Ministry of National Education Indonesia, the SEAMEO QITEP for Language offers courses and training programmes for educators and teachers development. Located in Jakarta, the centre promotes programmes and activities in improving the quality of teachers & education personnel in the areas of Language.
[Annual Report 2009]
< Contact details >

SEAMEO QITEP in Mathematics

SEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel(QITEP) in Mathematics

Hosted by the Ministry of National Education Indonesia, the SEAMEO QITEP for Mathematics offers courses and training programmes for educators and teachers development. Located in Yogyakarta, the centre promotes programmes and activities in improving the quality of teachers & education personnel in the areas of Mathematics.
< Contact details >

SEAMEO QITEP in Science

SEAMEO Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel(QITEP) in Science

Hosted by the Ministry of National Education Indonesia, the SEAMEO QITEP for Science offers courses and training programmes for educators and teachers development. Located in Bandung, the centre promotes programmes and activities in improving the quality of teachers & education personnel in the areas of Science.
< Contact details >

SEAMEO RECSAM
SEAMEO Regional Centre for Education in Science and Mathematics

Established on the island state of Penang, Malaysia, the SEAMEO RECSAM is designed to meet the needs of the SEAMEO Member Countries in developing science, mathematics and technology education programmes.
[Centre Directors' Meeting Annual Report 2008-2009] [32nd High Officials' Meeting Annual Report 2008-2009]
< Contact details >

SEAMEO RELC
SEAMEO Regional Language Centre

Located in Singapore , the SEAMEO RELC provides SEAMEO Member Countries with expertise, training facilities and training programmes to upgrade the skills of language specialists and educators. Programmes focus on knowledge and pedagogic disciplines of language teaching and learning.
[Centre Directors' Meeting Annual Report 2008-2009 ]
< Contact details >

SEAMEO RETRAC
SEAMEO Regional Training Centre

Located in Ho Chi Minh City, Vietnam, the SEAMEO RETRAC assists SEAMEO Member Countries especially Cambodia, Lao PDR and Vietnam to identify and solve common problems in human resource development. Its area of specialisation is educational management.
[Annual Report]
< Contact details >

SEAMEO RIHED
SEAMEO Regional Centre for Higher Education and Development

Hosted by the Government of Thailand, the SEAMEO RIHED plays a crucial role in the capability building of SEAMEO Member Countries in the field of higher education. It responds to needs on policy and planning, administration and management of higher education.
[Annual Report 2008-2009 ]
< Contact details >

SEAMEO SEAMOLEC

SEAMEO Regional Open Learning Centre

Located in Indonesia, the SEAMEO SEAMOLEC assists SEAMEO Member Countries in identifying educational problems and finding alternative solutions for sustainable human resource development through the dissemination and effective use of open learning and distance education.
< Contact details >

SEAMEO SEARCA
SEAMEO Regional Centre for Graduate Study and Research in Agriculture

The SEAMEO SEARCA, hosted by the Government of the Philippines, serves the agriculture and rural needs of the region through its human resource development programmes and research and extension activities.
< Contact details >

SEAMEO SPAFA

SEAMEO Regional for Archaeology and Fine Arts

Hosted by the Government of Thailand, the SEAMEO SPAFA cultivates awareness and appreciation of cultural heritage; promotes and enriches archaeological and cultural activities in the region; and furthers professional competence in the fields of archaeology and fine arts to advance mutual knowledge and understanding among SEAMEO Member Countries.
< Contact details >

SEAMEO TROPMED Network

SEAMEO Tropical Medicine and Public Health Network

The SEAMEO TROPMED Network has four sub-regional centres in Indonesia, Malaysia, the Philippines and Thailand. The central office is located in Bangkok. The Network’s overall role is to promote health and to prevent and control tropical diseases and public health problems.
< Contact details >

SEAMEO TROPMED Indonesia

SEAMEO TROPMED Regional Centre for Community Nutrition

The SEAMEO TROPMED Indonesia, based at the University of Indonesia in Jakarta, has provided training and research in nutrition since 1970. It trains nutritionists, health professionals and personnel from other nutrition related disciplines in planning, executing and evaluating nutrition policies and interventions.
[Annual Report 2008-2009]
< Contact details >

SEAMEO TROPMED Malaysia

SEAMEO TROPMED Regional Centre for Microbiology, Parasitology and Entomology

The SEAMEO TROPMED Malaysia, located at the Institute for Medical Research in Kuala Lumpur, conducts research for the prevention and control of diseases and provides specialised training, diagnostic, consultative and advisory services. It promotes health management as a collective responsibility of government, the private sector, non-government organisations, the community and individuals.
< Contact details >

SEAMEO TROPMED Philippines

SEAMEO TROPMED Regional Centre for Public Health

The SEAMEO TROPMED Philippines, based in the College of Public Health of the University of the Philippines in Manila, conducts research and training in the fields of public health, rural medicine, hospital administration, environmental and occupational health, health policy and management.
< Contact details >

SEAMEO TROPMED Thailand

SEAMEO TROPMED Regional Centre for Tropical Medicine

The SEAMEO TROPMED Thailand, hosted by the Faculty of Tropical Medicine, Mahidol University, Bangkok, offers training on endemic tropical diseases, parasitology, community and preventive medicine. It also conducts researches on alternative control measures of diseases and the promotion of healthy lifestyles, including trials of new chemotherapeutic compounds and new vaccines. It provides clinical care to patients suffering from tropical diseases.
< Contact details >

SEAMEO VOCTECH

SEAMEO Regional Centre for Vocational and Technical Education and Training

Hosted by Brunei Darussalam, the SEAMEO VOCTECH is designed to improve the management of vocational and technical education and training (VTET) in SEAMEO Member Countries. The Centre strives to develop and deliver relevant programmes in VTET to meet the local, national and regional needs in socio-economic, industrial, business and labour markets.
< Contact details >



SEAMOLEC

Southeast Asian Minister of Education Organization
Regional Open Learning Center

VISION


To be a center of expertise in open and distance learning

MISSION

To Serve one million clients by 2010

To assist SEAMEO Member Countries in identifying educational problems and finding alternative solutions for sustainable human resource development through the dissemination and effective use of open and distance learning.


Goal and Objectives

The goal of SEAMOLEC is to undertake relevant programs that are responsive to current national and regional requirements in the field of open and distance learning. In a more specific formulation, the objectives are to assist:

  1. SEAMEO member countries in promoting and fostering open and distance learning as another way to meet the demand for education and training. In this regard, open and distance learning can function to complement, supplement, or substitute conventional classroom instruction.
  2. Open and distance learning providers in SEAMEO Member Countries in:
  • Designing, developing, evaluating, promoting, improving and expanding their services so as to accelerate student participation, lower drop out rate, and increase the number of qualified graduates;
  • Establishing co-operative linkages for mutual help and formation of open and distance learning network; and
  • Identifying, acquiring, and utilizing resources.

Since its establishment on 27 February 1997, SEAMOLEC has not only prioritized on the preparation of legal documents as a new SEAMEO center but also on conducting activities corresponding to its objectives and functions.

During the pre-establishment of SEAMOLEC, an Indonesian Task Force (ITF) representing related institutions was formed. The members of the Indonesian Task Force are representatives of the Center for Communication and Information Technology for Education (Pustekkom), the Indonesian Open Learning University (UT), the International Cooperation Bureau of the Ministry of Education and Culture (Biro KLN), and the Indonesian Association of Educational Technologists (IPTPI).

Then, the ITF was extended to be a SEAMOLEC Feasibility Study Team consisting of the representatives of SEAMEO Member Countries and SEAMEO Secretariat. This team is to prepare and conduct the feasibility study for the establishment of SEAMOLEC. The team had worked very hard through two SEAMEO workshops (conducted in Jakarta and Yogyakarta) and finally it could successfully accomplish its task by submitting the feasibility study report to SEAMEO High Officials Meeting (HOM) in Bangkok, Thailand and SEAMEO Council Conference in Manila, Philippines.

The rationale for the establishment of SEAMOLEC, among others was the conviction that conventional schools alone will not be able to meet the education for all. Furthermore, several SEAMEO member countries have implemented open and distance learning programs as alternative ways for increasing the opportunities and access for learners to participate in educational/training programs.

There are still some SEAMEO member countries that have not yet implemented any open and distance learning programs even though the need for education and training cannot be provided by existing conventional institutions. In order to promote the implementation of open and distance learning and foster the growth of existing open and distance learning programs to meet the demand of "education for all", the SEAMOLEC project proposal was developed.

Kompleks Universitas Terbuka
Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe,
Pamulang 15418 PO Box 59/CPA,
Ciputat, Jakarta INDONESIA
Phone: (62-21) 7422184, Fax: (62-21) 7422276
Email: secretariat@seamolec.org

Kamis, 17 Desember 2009

Pengalaman Si Guru Desa


Campus Wide ICT Environment for Education in Digital Era
~Trial of Kumamoto University Over a Decade~

By:
Prof. Tsuyoshi Usagawa, Ph.D.

Leader of JICE PREDICT-ITS project,
Director, Center for Multimedia and Information Technologies,
Prof. of Graduate School of Science and Technology,
Kumamoto University, JAPAN
tuie@cs.kumamoto-u.ac.jp

Selasa, 15 Desember 2009

Pengalaman Si Guru Desa


Emerging ICT for Education

By:

Tinsiri Siribodhi, Ph.D.
(Ph. D.-University of Kansas, Curriculum and Instruction, 1995)

Di Sampaikan :
INTERNATIONAL SYMPOSIUM OPEN, DISTANCE AND E-LEARNING (ISODEL) 2009

Sabtu, 12 Desember 2009

Hatur Nuhun Kangge: Ibu. Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D




Sekilas Prof. Tian Belawati

UNIVERSITAS TERBUKA ADALAH PINTU


Di mata masyarakat umum, UT di masa yang akan datang akan menjadi perguruan tinggi yang terdepan dalam hal pemberian akses pendidikan tinggi berkualitas di Indonesia. Nama UT akan menjadi nama pertama yang muncul di setiap benak orang Indonesia ‘dewasa’ yang ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan tinggi ataupun ke program pendidikan berkelanjutan.

Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed., Ph.D

Di mata para pakar, pemerhati, dan praktisi pendidikan, UT di masa yang akan datang akan menjadi rujukan utama dalam hal penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh, baik melalui penggunaan teknologi tercetak, terekam, tersiar, maupun teknologi komunikasi dan informasi terkini. Nama UT akan menjadi nama pertama yang muncul di setiap benak para pakar, pemerhati, maupun praktisi setiap kali mereka membutuhkan informasi, klarifikasi, konfirmasi, ataupun validasi tentang sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi jarak jauh di Indonesia.


Beliau lahir 1 April 1962, dan tinggal di Pejatan Raya dengan memiliki 1 orang Putra.


Education:

Doctor of Philosophy, Adult Education, Department of Educational Studies, Faculty of Graduate Studies, University of British Columbia, Vancouver, B.C., Canada.


Master of Education, Management of Distance Education, Faculty of Graduate Studies, Simon Fraser University, Burnaby, B.C., Canada.

Insinyur, Agricultural Economics, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural Institute, Bogor, Indonesia

Employment Record :

· 2009 – Now
Rector of Universitas Terbuka
· 2001 – 2009
Vice Rector for Academic Affairs, Universitas Terbuka
· 1996 – 2001
Head, Center for Indonesian Studies, Research Institute, Universitas Terbuka.
· 1995 - 1996
Researcher, The Canadian Communication Consortium, North Vancouver, B.C., Canada.
· 1990 - 1994
Teaching Assistant, Asian Studies Department, University of British Columbia, Vancouver, B.C.,
Canada.
Awards and Scholarships

CIDA Scholarship through The Indonesian Open Learning University for a master program in distance education management (1986);
CIDA Scholarship through the General Training Program of the Indonesian National Planning Board (GTP-Bappenas) for doctoral program in education (1990);
GTP-Bappenas Awards for independent research (1993);
World Bank Awards through the Young Academic Program of Indonesian the Directorate General for Higher Education (YAP-DGHE) for independent research (1997);
YAP-DGHE Awards for international publication (1998);
IDRC-PanAsia Organization Award for independent research (1999);
Fullbright Award for senior independent research (2001);
IDRC-PanAsia Organization Award for independent research (2001).

Kamis, 10 Desember 2009

Akhirnya Saya Lulus Juga dari UT

Tentang UT

Universitas Terbuka (UT) adalah Perguruan Tinggi Negeri ke-45 di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 4 September 1984, berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 41 Tahun 1984.
A.TUJUAN PENDIRIAN UT
UT didirikan dengan tujuan:
1.memberikan kesempatan yang luas bagi warga negara Indonesia dan warga negara asing, di mana pun tempat tinggalnya, untuk mempeoleh pendidikan tinggi;
2.memberikan layanan pendidikan tinggi bagi mereka, yang karena bekerja atau karena alasan lain, tidak dapat melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi tatap muka
3.mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional sesuai dengan kebutuhan nyata pembangunan yang belum banyak dikembangkan oleh perguruan tinggi lain.
B.SISTEM PEMBELAJARAN
UT menerapkan sistem belajar jarak jauh dan terbuka. Istilah jarak jauh berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non-cetak (audio/video, komputer/Internet, siaran radio dan televisi). Makna terbuka adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, dan frekuensi mengikuti ujian. Batasan yang ada hanyalah bahwa setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah atas (SMA atau yang sederajat).
C.CARA BELAJAR
Mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri. Cara belajar mandiri menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa atau inisiatif sendiri. Belajar mandiri dapat dilakukan secara sendiri ataupun berkelompok, baik dalam kelompok belajar maupun dalam kelompok tutorial. UT menyediakan bahan ajar yang dibuat khusus untuk dapat di pelajari secara mandiri. Selain menggunakan bahan ajar yang disediakan oleh UT, mahasiswa juga dapat mengambil inisiatif untuk memanfaatkan perpustakaan, mengikuti tutorial baik secara tatap muka maupun melalui Internet, radio, dan televisi, serta menggunakan sumber belajar lain seperti bahan ajar berbantuan komputer dan program audio/video. Apabila mengalami kesulitan belajar, mahasiswa dapat meminta informasi atau bantuan tutorial kepada Unit Program Belajar Jarak Jauh Universitas Terbuka (UPBJJ-UT) setempat.

Belajar mandiri dalam banyak hal ditentukan oleh kemampuan belajar secara efisien. Kemampuan belajar bergantung pada kecepatan membaca dan kemampuan memahami isi bacaan. Untuk dapat belajar mandiri secara efisien, mahasiswa UT dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang kuat. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efektif, Mahasiswa UT dituntut memiliki disiplin diri, inisiatif, dan motivasi belajar yang kuat. Mahasiswa juga dituntut untuk dapat mengatur waktunya dengan efisien, sehingga dapat belajar secara teratur berdasarkan jadwal belajar yang ditentukan sendiri. Oleh karena itu, agar dapat berhasil belajar di UT, calon mahasiswa harus siap untuk belajar secara mandiri.

D.SISTEM KREDIT SEMESTER

UT seperti halnya perguruan tinggi yang lain, menerapkan sistem kredit semester untuk menetapkan beban studi mahasiswa tiap semester. Dalam sistem kredit semester, beban studi yang harus diselesaikan dalam satu program studi diukur dengan satuan kredit semester (sks). Setiap mata kuliah diberi bobot 1-6 sks . Satu semester adalah satuan waktu kegiatan belajar selama kurang lebih 16 minggu.

Dalam pendidikan tinggi tatap muka, mahasiswa yang mengambil beban studi satu sks harus mengikuti perkuliahan selama satu jam per minggu di kelas dan satu jam untuk praktek, praktikum, atau belajar di rumah, sehingga dalam satu semester mahasiswa harus mengalokasikan waktu belajar sekitar 32 jam. Untuk menempuh mata kuliah yang berbobot 3 sks dibutuhkan waktu belajar sekitar 96 jam per semester.

Dalam sistem pendidikan jarak jauh, mahasiswa juga harus mengalokasikan waktu yang sama dengan mahasiswa tatap muka (2 jam per minggu per sks). Hanya saja kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan secara mandiri (di rumah, melalui kelompok belajar, dan tutorial).

Khusus untuk UT, satu sks disetarakan dengan tiga modul bahan ajar cetak. Satu modul terdiri atas 40-50 halaman, sehingga bahan ajar dengan bobot 3 sks berkisar antara 360-450 halaman bergantung pada jenis mata kuliahnya. Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan membaca dan memahami rata-rata mahasiswa adalah 5-6 halaman per jam hingga untuk membaca bahan ajar dengan bobot 3 sks diperlukan waktu sekitar 75 jam (360-450 halaman dibagi 5-6 halaman). Apabila satu semester mempunyai waktu 16 minggu, maka waktu yang diperlukan untuk membaca bahan ajar dengan bobot 3 sks adalah 75 jam dibagi 16 minggu, atau kurang lebih 5 jam per minggu. Misalnya, mahasiswa mengambil 15 sks/semester, maka yang bersangkutan harus mengalokasikan waktu belajar sebanyak 15 sks dibagi 3 sks kali 5 jam = 25 jam per minggu atau kira-kira 5 jam per hari (1 minggu dihitung 5 hari belajar).

Dengan sistem belajar seperti ini mahasiswa UT diharapkan mengalokasikan waktu belajar sesuai dengan beban sks yang diambil atau mengambil beban sks setiap semester sesuai dengan waktu belajar yang dapat dialokasikan, serta mempertimbangkan kemampuan akademik masing-masing.

.PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI UT
Dalam penyelenggaraan pendidikan, UT bekerja sama dengan semua perguruan tinggi negeri dan sejumlah perguruan tinggi swasta serta instansi yang relevan yang ada di Indonesia. Di setiap provinsi atau kabupaten/kota yang terdapat perguruan tinggi negeri, tersedia unit layanan UT yang disebut UPBJJ-UT. Perguruan tinggi negeri setempat berperan sebagai pembina UPBJJ-UT serta membantu dalam penulisan bahan ajar, bahan ujian, pelaksanaan tutorial, pratek/praktikum, dan ujian.

Untuk memberikan layanan pendidikan secara optimal kepada mahasiswa yang tersebar diseluruh penjuru tanah air dan di luar negeri, UT bekerja sama dengan instansi lain seperti Bank BRI, Bank BTN, Bank Mandiri, Televisi Republik Indonesia (TVRI), Q-Chennel, TV-Edukasi, Radio Republik Indonesia (RRI), Radio Siaran Pemerintah Daerah, Radio Siaran Swasta Niaga, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota, IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia), Atase Pendidikan KBRI, Perpustakaan Nasional RI dan Perpustakaan Daerah, Arsip Nasional, PT OVIS Sendnsave, Koperasi Karunika, dan PT Pos Indonesia.

UT juga bekerja sama dengan instansi-instansi yang ingin meningkatkan kualitas sumber daya manusianya, baik instansi pemerintah, BUMN maupun swasta. Mereka dapat mengikuti program yang ada di UT atau memesan program studi baru yang sesuai dengan kebutuhan instansinya. UT selama ini telah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru SD dan guru Anak Usia Dini melalui program yang dikenal sebagai program Pendidikan Guru Pendidikan Dasar (Pendas). Selain itu UT juga telah mendapat kepercayaan untuk meningkatkan kualitas SDM antara lain dari ANRI, KPN, TNI, Bank BRI, Bank BNI, PT Garuda Indonesia, PT Merpati Nusantara, Departemen Pertanian, Sekretariat Wakil Presiden, Pemerintah Kota/Kabupaten, Pondok Pesantren dan beberapa instansi lainnya.