Selasa, 18 Agustus 2009

Mencari Kearifan Masa Lalu




Prof. Emil Salim, M.A., Ph.D.

Mencari Kearifan Masa Lalu


Ia memiliki kecerdasan dan daya analisa setiap kali mengambil kesimpulan, menyampaikan pendapat dan beragumentasi. Keterbukaan sikap dan keterusterangann menempatkannya menjadi seorang pribadi yang disenangi banyak orang. Ia termasuk salah seorang peletak dasar ekonomi Orde Baru yang dijuliki "Berkeley Mafia" yang dikenal lurus dan bersih.

Menurut mantan guru besar FE-UI ini, keliru besar jika sarjana ekonomi kemudian jadi koruptor. Sarjana ekonomi harus berpikir, bekerja, dan mengabdi dengan landasan hati nurani.

Ia mengecap pendidikan dasar di Lahat, sebuah kota kecil di pinggir sungai Lematang, Sumatera Selatan. Ketika itu hutan masih tumbuh lebat di sekeliling kota. Pohon duren tumbuh bebas di pinggir jalan dan dalam hutan. Tiap kali sehabis hujan deras dengan angin kencang, ia bersama teman-teman sering masuk hutan mencari buah duren yang banyak berjatuhan ditimpa angin.

Selain itu, guru kelasnya di Sekolah Dasar setiap hari Sabtu suka mengajak murid-murid berjalan-jalan masuk hutan, di kaki bukit Serelo yang tersohor di daerah. Sambil berjalan di hutan, guru menjelaskan berbagai peranan pacet penghisap darah manusia, yang rupanya juga berguna bagi manusia sebagai penunjuk arah matahari karena sifat kepala pacet selalu mencari kehangatan.

Dan dengan mengetahui letak arah matahari, sekaligus kita memiliki kompas alami penunjuk jurus Utara-Timur-Barat-Selatan. Guru juga mengajak mereka (murid) belajar "minum madu" dari sejenis bunga sebagai pengganti air bila tersesat. Dan mencari sisa makanan beruk di tanah untuk memperoleh petunjuk jenis buah mana bisa dimakan manusia. Karena apa yang bisa dimakan monyet dapat pula dimakan manusia. Dan sambil bertualang guru bercerita tentang hutan sehingga dalam alam fikiran Emil hutan itu menjadi buku pembuka rahasia alam.



Secara selang seling, pada hari-hari Sabtu berikutnya, guru membacakan buku pada jam pelajaran terakhir. Guru pandai membawakan suaranya sehingga pelaku dalam buku terasa hidup. Guru suka membacakan isi buku Karl May menceritakan petualangan Old Shatterhand dengan kawan karibnya Winnetou, kepala Suku Appachen. Tetapi gurunya ini cerdik. Ia mengambil adegan dalam bab yang mengasyikkan dan seru. Pada saat cerita mencapai klimaksnya dan Winnetou tertembak lalu guru berhenti membaca dan mempersilahkan murid membaca sendiri. “Bisalah dibayangkan bahwa kita berebutan mencari buku, tidak saja dalam perpustakaan sekolah tetapi juga di toko-toko buku,” kenang Emil Salim dalam tulisannya yang sengaja dibuat atas permintaan Penjaga Wigwam (15 September 2000).



(Melihat Raut Muka Beliau, saya teringat akan kakek saya,.Aki Karsan, salam sayang dari cucunda Arip Nurahman dan Fahmi Ramadhan )

Akibat pengaruh gurulah ia menjadi "kutu buku" membaca semua buku karangan Karl May dan mengenal tokoh-tokoh Old Shatterhand, Winnetou, Kara-ben-Nemsi dan lain-lain. Lalu bersama teman-teman di waktu libur ia menjelajahi hutan di sekitar Bukit Serelo dan sepanjang sungai Lematang untuk berlaku-gaya sebagai Old Shatterhand. Daging semur dari dapur dibungkus untuk dipanggang di hutan meniru gaya para Indian membakar daging. Mereka bikin tanda-tanda sepanjang jalan yang dilalui agar tidak sesat di hutan.

Mereka mencoba menghidupi daya khayal cerita bacaan menjadi kenyataan. “Dan hidup terasa begitu tenteram mengasyikkan. Karena benang merah yang ditonjolkan dalam buku-buku Karl May adalah kedamaian, keikhlasan, keadilan, kebenaran dan ketuhanan,” urai Emil.

Setelah selesai membaca buku "Kematian Winnetou" ia termenung dan air mata meleleh. Alangkah agungnya pribadi Winnetou, kepala suku Indian Appachen ini.

Puluhan tahun kemudian, ketika ia ditugaskan mengembangkan lingkungan hidup di tanah-air, ingatannya pada cerita Karl May bangkit kembali. Hutan tidak lagi dilihat sebagai obyek pengusaha HPH, tetapi sebagai "rumah besar" bagi segala makhluk yang hidup. Maka terbayang di matanya peranan pacet, bunga pemberi madu, monyet dll. Terpampanglah keterkaitan antara hubungan manusia dengan hutan sebagaimana tergambarkan pada besarnya peranan hutan bagi Winnetou dan suku Apachennya.

Tapi, katanya, hidup di abad "modern" telah "memakan" hutan alami untuk disubstitusi dengan "hutan buatan manusia." Namun bisakah "hutan buatan manusia" ini masih menumbuhkan keterkaitan akrab antara manusia dengan alam-buatan ini?

Akan mungkinkah "kedamaian, keihlasan, keadilan, kebenaran dan ketuhanan" ini ditumbuhkan dalam hutan buatan manusia? Akan mungkinkah tumbuh sosok tubuh seperti Winnetou yang mempersonifikasikan berbagai ciri-ciri kehidupan asri ini?

Dalam bergelut dengan tantangan permasalahan ini, ingatannya kembali pada "dunia alamnya" Old Shatterhand, Winnetou dan Kara-ben-Nemsi. Mencari kearifan di masa lalu untuk bekal menanggapi tantangan masa depan.

Kebanggaan di Masa Purnabakti
Jika ada pejabat negara risi dengan hibah yang dicantumkan dalam daftar kekayaannya, lain halnya dengan Prof Dr Emil Salim. Mantan Meneg KLH di masa pemerintahan rezim Orde Baru itu mengaku terharu dan bangga atas hibah yang diterimanya. "Saya bangga dan mengucapkan terima kasih atas pemberian hibah cincin ini," ujar Emil Salim di hadapan civitas akademika yang sedang merayakan hari jadi ke-51 FE UI di Kampus Universitas Indonesia Depok.

Emil merupakan salah satu guru besar FE UI yang memasuki purnabakti. Sebagai wujud tali kasih, FE UI memberikan hibah cincin kepadanya. Selain Emil, guru besar FE UI yang purnabakti lainnya adalah Prof Dr Subroto, Prof Dr Saleh Afiff, Prof Dr Rustam Didong, Prof Dr B.S. Muljana, dan Prof Dr Moh. Arsjad Anwar.

Emil termasuk salah satu peletak dasar ekonomi Orde Baru. Dia dikenal lurus dan bersih. Karena itu, saat memberikan pidato perpisahan, ia meminta para sarjana FE UI peduli terhadap nasib rakyat. Dia minta agar para sarjana UI tidak menjadi pekerja otak yang berusaha mendapatkan penghasilan maksimal.

"Dan, keliru besar jika sarjana ekonomi kemudian jadi koruptor. Keliru besar dan sesat juga jika menjadi bajingan-bajingan seperti itu," katanya. Tak jelas betul siapa yang kena tohok anggota Komnas HAM itu sebagai koruptor bajingan. "Sarjana FE UI harus berpikir, bekerja, dan mengabdi dengan landasan hati nurani," tambahnya.

Meski resmi purnabakti, ia tampak masih disegani civitas akademika UI. Karena itu, civitas akademika tampak keberatan atas kepergiannya dari almamater. Lalu, apa kata Emil? "Sudah lama saya mengabdi pada almamater ini. Sekarang, giliran anak-anak muda," kata Emil.

Sabtu, 18 Juli 2009

Hidup dari sampah, belajar dari Prof. Hasan Poerbo



Oleh:

Prof. Emil Salim, M.A., Ph.D.



Tenggorokan terasa masih tersumbat bila terkenang masyarakat Leuwigajah dan Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung, meninggal akibat longsoran tumpukan sampah hasil penimbunan terbuka (open dumping).

Ingatan melayang ke 1980-an, saat Imelda Marcos, Mentri Lingkungan Hidup merangkap Gubernur Metropolitan Manila, dikecam keras karena membiarkan sampah menumpuk melalui sistem "penimbunan terbuka", lalu longsor memakan ribuan jiwa penduduk miskin.



Bencana Manila menjadi peringatan bagi pemerintah kota untuk menghapus sistem penimbunan terbuka. Untuk mengganti penimbunan, Prof Hasan Poerbo, Pemimpin Pusat Studi Lingkungan Hidup Institut Teknologi Bandung (PSLH ITB), mengembangkan gagasan "mendaur ulang sampah berbasis masyarakat".

Setiap kota besar pasti menghasilkan sampah dan memiliki pemulung miskin yang menggantungkan nafkahnya pada usaha mendaur ulang sampah. Hasan Poerbo, pencinta lingkungan, berempati pada rakyat miskin. Karena itu, lahir gagasan memadukan pengelolaan sampah dan melibatkan pemulung guna meningkatkan pendapatan mereka dalam konsep "hidup dari sampah".

Prinsip pertama konsep ini adalah memberdayakan pemulung sebagai ujung tombak usaha daur ulang sampah untuk dijual ke pelapak yang memilah sampah menurut kegunaannya. Sampah terpilah dijual ke bandar yang mengolahnya menjadi biji pelet sebagai bahan baku pembuatan alat rumah tangga dan mainan anak2.

Pada tahun 1980-an, Pasar Rumput menjadi outlet barang-barang plastik buatan industri rumah kawasan Manggarai dari bahan baku plastik asal sampah. Piring, gelas, botol kecap, dan tempat sambal di warung dan penjual makanan kereta dorong banyak terbuat dari bahan baku plastik asal daur ulang sampah.

Ketika memberdayakan para pemulung mengelola sampah, terungkap kesulitan hubungan pemulung dengan penguasa dan pejabat lokal. Banyak pemulung tidak memiliki "kartu tanda penduduk (KTP)" sehingga dianggap bukan penduduk sah dan perlu diusir ke luar kota oleh aparat pemerintah kota dan polisi. Tanpa KTP mereka menjadi non-person, tanpa hak legal untuk memiliki tempat hunian sah bebas dari penggusuran. Sebagai non-person mereka juga tidak bisa menikah secara resmi di kantor agama.Menyadari hal ini, Hasan Poerbo dkk. PSLH ITB membangun tempat hunian dengan lingkungan bersih sebagai domisili pemulung di Kampung Jati Dua, Kotamadya Bandung. Dengan alamat yang menetap diurus KTP pemulung. Dengan kartu ini, resmilah mereka menjadi warga Kota Bandung dan terbuka kemungkinan mengurus perkawinan resmi mereka. Sebanyak 100 pasang menikah secara bersamaan di hadapan penghulu kantor agama disaksikan Menteri Lingkungan Hidup, Walikota Bandung, dan Rektor ITB dalam acara yang murah meriah.Hubungan antara pemulung dan PSLH terjalin erat dalam kerjasama efektif menanggulangi sampah kotamadya Bandung. Walikota Bandung Ateng Wahyudi mendukung sepenuhnya usaha ini sehingga Bandung berhasil meraih Adipura Kota Terbersih di tahun 1980-an.

Prinsip kedua, menanggulangi sampah selagi volumenya masih kecil di tingkat RT/RW atau kelurahan. Sampah, seperti api, selagi volumenya kecil, lebih mudah dikelola ketimbang menjadi besar sulit dikendalikan dan membawa bencana. Sampah terdiri dari bahan organis yang bisa diolah menjadi pupuk kompos dan bahan anorganis yang bisa didaur ulang para pemulung. Pengelolaan sampah lebih mudah saat volumenya masih kecil.

Ini membawa kita pada prinsip ketiga menanggulangi sampah dengan pendekatan "dari bawah" dalam merencanakan, melaksanakan, kontrol, dan evaluasi dengan semangat partisipatif merangsang masyarakat berperan serta secara aktif.

Adalah rumah tangga sendiri yang menghasilkan sampah dan kelak menderita jika sampah menumpuk busuk dan mengganggu kesehatan warga. Tetapi lebih dari ini, sampah bisa jadi uang bila dikelola dengan baik.

Prinsip keempat, memberi penghargaan dan pengakuan atas jerih payah anggota masyarakat yang terbukti berhasil mengelola sampah. Dinas-dinas pemerintahan tidak perlu mengerjakan pengelolaan sampah sendiri atau "memproyekkannya" pada swasta atas dasar komersial murni tanpa lebih dulu menjajaki kesediaan masyarakat untuk mengelolanya bersama swasta dan pemerintah. Tugas birokrat seyogianya menggunakan retribusi sampah untuk menciptakan iklim agar penanggulangan sampah menjadi gerakan masyarakat dengan kesadaran. Tunbuhnya kesadaran inilan yang sepatutnya pemerintah rangsang, kembangkan dan hargai.

Prinsip kelima mengembangkan sanitary landfill, menimbun sampah di tanah yang berlekuk untuk ditutup dengan lapisan tanah. Ini dilakukan secara berulang dan membentuk "kue lapis" terdiri atas penimbunan sampah yang ditutup tanah. Tanah yang semula berlekuk menjadi rata oleh sanitary landfill shg harganya naik berlipat kali krn bisa dipakai untuk berbagai keperluan, seperti olahraga dan taman hijau. Pengelolaan sampah pun tumbuh menjadi "sentra keuntungan". Yang penting harus dijaga agar sampah tidak merusak lingkungan, merembes dan mencemari air tanah.


Sebuah film dokumenter berjudul Hidup dari sampah telah merekam usaha pengelolaan sampah oleh PSLH ITB. Pada tahun 1980-an, pola pendekatan pengelolaan sampah serupa itu berkembang di berbagai kota. Maka tercatat Linus Simanjuntak, Direktur Kebun Binatang Ragunan, berhasil menerapkan pola PSLH ITB mengelola sampah menjadi pupuk kompos di kebun binatangnya. Leuwigajah menjadi proyek percontohan Kabupaten Bandung untuk pembuatan pupuk kompos dari sampah dan pengembangan sanitary landfill.

Proyek percontohan serupa juga dikembangkan di Surabaya, yang merebut Adipura Kota Terbersih. Central Policy and Implementation Studies Jakarta, dipimpin pelaksana proyek Darwina (kini mempimpin Yayasan Pembangunan Berkelanjutan) mengembangkan pengelolaan sampah untuk Bumi Serpong. Yayasan Dian Desa Yogjakarta dipimpin Anton Soedjarwo mengembangkan proyek pengomposan sampah untuk Kabupaten Bantul.

Dalam melaksanakan program Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), di bawah pimpinan Ibu Munadi dan Ibu Soepardjo Roestam, melibatkan ibu-ibu di RT,RW, dan kelurahan di seluruh Tanah Air ikut mengelola kebersihan lingkungan.Salah satu ibu yang menonjol adalah Ibu Harini, pemimpin PKK RW Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan, dan pemimpin posyandu, yang melatih dan mendorong mahasiswa dan anggota berbagai kelompok masyarakat madani aktif mengelola sampah berbasis masyarakat. Ibu Harini juga memelopori pengembangan "tanaman obat keluarga" di halaman rumah kawasan RW Banjarsari.

Gubernur Jambi Sofwan Maskun saat lalu juga aktif mendorong kebersihan kota dan daerah Jambi. Tiap rumah dan pengusaha bertanggungjawab memelihara kebersihan emperan rumah atau bangunan masing-masing. Penduduk Ubud, Bali, lebih maju dengan mengolah limbah menjadi bio gas energi untuk memasakdan penerangan rumah.

Masih banyak contoh yang bisa dikutip untuk menunjukkan kesediaan masyarakat aktif berperan serta mengelola sampah, memelihara keasrian lingkungan hidup. Penting menjadikan program pengelolaan sampah dengan 5 prinsip suatu gerakan masyarakat. Prinsip-prinsip ini bisa diperluas dengan mengelola dengan mengelola limbah sanitasi jamban keluarga.

Namun perlu diingat, tiap usaha lingkungan merupakan perjuangan jangka panjang yang memerlukan mentalitas pelari maraton, tahan napas, dan tidak bosanan untuk waktu lama. Sasaran jangka panjang harus tetap dipegang dan program jangan senantiasa ganti haluan dengan perubahan pimpinan. Maintenance of objective adalah pegangan menajemen utama.Dalam memperjuangkan sasaran lingkungan, penting memberi inspirasi pada konstituen pendukung gerakan ini. Dalam memimpin gerakan lingkungan, apalagi di bidang 'kotor' seperti pengelolaan sampah, usaha ini tidak cukup dilaksanakan dengan rasio tetapi harus diikuti komitmen.

Profesor Hasan Poerbo telah tiada. Namun, semangat beliau menanggulangi sampah dan kemiskinan tetap menyala tinggi di balik cita-cita luhur "hidup dari sampah", membangun kegunaan dari barang terbuang.


Jumat, 19 Juni 2009

Dua Cara untuk Menentukan Seseorang Guru Lulus Uji Sertifikasi


http://sertifikasiguru.org/index.php

(Kunjungi Web ini)

Pemerintah memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat guru yang diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat.

Tunjangan profesi diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Tunjangan profesi dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
PENGELOLAAN BERKAS DATA GURU UNTUK PENERBITAN SK DIRJEN PMPTK TENTANG PENERIMA TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009
Buku Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi pihak yang berkepentingan terutama Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan Ditjen PMPTK dalam pelaksanaan pengelolaan berkas data guru untuk penerbitan SK Dirjen PMPTK tentang penerima tunjangan profesi. selengkapnya dapat diunduh/download di sini.

PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI TAHUN 2009

Pada tahun 2008 telah dilaksanakan sertifikasi guru dalam jabatan terhadap 200.000 orang, dari jumlah tersebut sebagian diantaranya telah lulus dan dengan demikian dinyatakan sebagai guru profesional. Peningkatan profesionalitas guru tersebut harus diikuti dengan peningkatan kesejahteraan. Salah satu bentuk peningkatan kesejahteraan guru adalah berupa tunjangan profesi yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 36 tahun 2007 tentang penyaluran tunjangan profesi bagi guru menyatakan bahwa Guru yang telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional diberikan tunjangan profesi dengan ketentuan yang bersangkutan melaksanakan tugas sebagai guru dengan beban kerja yang sesuai dengan peraturan. Untuk kelancaran pemberian tunjangan profesi bagi guru yang telah memenuhi persyaratan perlu disusun pedoman penyaluran tunjangan profesi.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi.

selengkapnya dapat diunduh/download di sini.

SK Tunjangan Profesi Yang Telah Ditandatangani Dirjen PMPTK Jalur Penilaian Portofolio tahun 2006-2007 tahun anggaran 2009 (maaf, belum dapat ditayangkan)

SK Tunjangan Profesi Yang Telah Ditandatangani Dirjen PMPTK Jalur Portofolio tahun 2008 tahun anggaran 2009 (maaf, belum dapat ditayangkan)

SK Tunjangan Profesi Yang Telah Ditandatangani Dirjen PMPTK Jalur Pendidikan tahun 2007 per 13 November 2009 (daftar nama selengkapnya)

Optimisme

Sekarang ini sudah ada ribuan guru yang lolos uji sertifikasi sebagai guru profesional. Apakah mereka lolos sertifikasi melalui portofolio atau melalui diklat, sejak dimulainya proses uji sertifikasi guru tahun 2006, hingga sekarang sudah ada ribuan guru lulus uji sertifikasi. Bahkan para guru yang lulus uji sertifikasi sebelum akhir tahun 2007, sekarang sudah menikmati hasilnya, yakni mendapatkan tambahan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok (tetapi keluarnya tidak setiap bulan lho!).


Tulisan ini saya susun untuk para guru yang akan mengikuti proses sertifikasi, dengan harapan agar mereka mendapatkan gambaran lebih baik tentang proses sertifikasi itu, sehingga ketika memasuki kegiatan sertifikasi, mereka tidak canggung.

Ada dua cara untuk menentukan seseorang lulus uji sertifikasi guru atau tidak. Kedua cara dimaksud adalah: (1) sertifikasi melalui portofolio, (2) sertifikasi melalui diklat.

1. Sertifikasi Guru melalui Portofolio

Pada tahap awal, guru yang masuk kuota di masing-masing daerah akan mengikuti uji sertifikasi melalui portofolio. Melalui portofolio ini akan ditentukan skor yang dicapai. Jika skornya mencapai minimal 850, guru itu dinyatakan lulus sertifikasi. Apabila skornya tidak mencapai 850, guru itu mungkin harus melengkapi kekurangan (jika nilai kurangnya hanya sedikit), atau dinyatakan tidak lolos dan harus mengikuti diklat.

Apakah portofolio dalam uji sertifikasi guru itu? Dalam konteks sertifikasi guru, potofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman berkarya/prestasi yang dicapai selama menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya, atau prestasi selama guru menjalankan peran sebagai agen pembelajaran. Keefektifan pelaksanaan peran sebagai agen pembelajaran tergantung pada tingkar kompetensi guru bersangkutan, meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (lihat Panduan Penyusunan Portofolio, diterbitkan oleh Dirjen Dikti Depdiknas)

Dapat dikatakan, portofolio adalah kumpulan prestasi selama menjalankan tugas sebagai guru. Guru yang mengikuti sertifikasi melalui portofolio harus mengumpulkan seluruh prestasi yang dicapai selama menjadi guru. Ingat, prestasi harus ada bukti otentik (hitam di atas putih). Tanpa bukti itu, maka prestasi apa pun yang dicapai guru tidak ada artinya. Pesan: siapkan bukti fisik prestasi Anda sejak sekarang agar sukses dalam proses sertifikasi nanti.

Dokumen portofolio untuk sertifikasi gurui meliputi 10 komponen, yakni: Kualifikasi Akademik, Pendidikan dan Pelatihan, Pengalaman Mengajar, Perencanaan dan Pelaksanaan Pembelajaran, Penilaian dari Atasan dan Pengawas, Prestasi Akademik, Karya Pengembangan Profesi, Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah, Pengalaman Menjadi Pengurus Organisasi di Bidang Kependidikan dan Sosial, serta Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan.

Jika penilaian atas dokumen di atas mencapai skor minimal 850, maka guru bersangkutan dinyatakan lulus sertifikasi, dan berhak mendapatkan sertifikat guru profesional. Jika kurang dari 850 tetapi kurangnya hanya sedikit, guru diberi kesempatan untuk melengkapinya. Tetapi apabila kurangnya terlalu banyak, maka guru tadi harus mengikuti diklat (pendidikan dan latihan).

2. Sertifikasi Guru melalui Diklat (Pendidikan dan Latihan)

Guru yang mengikuti sertifikasi diklat ini diasramakan, seperti orang mengikuti penataran. Di tempat diklat itu, guru harus melakukan sejumlah tugas, kemudian dilakukan penilaian. Yang memenuhi syarat dinyatakan lulus uji sertifikasi, yang tidak memenuhi syarat dikembalikan ke dinas untuk dibina, yang pada akhirnya harus dapat memenuhi standar kualifikasi sebagai guru profesional seperti disebutkan.

Berdasarkan pengalaman, guru dengan masa kerja 20 tahun (aktif dan berprestasi) dapat memenuhi skor 850 melalui portofolio. Mereka bisa langsung lulus sertifikasi. Tetapi guru yang tidak aktif akan mengalami kesulitan untuk lolos uji sertifikasi melalui portofolio. Misalnya, guru hanya mengajar di kelas, tidak memiliki prestasi apa-apa–termasuk mengikuti penataran, membimbing siswa hingga berhasil, aktif dalam organisasi, pertemuan ilmiah, atau kegiatan lain.

Sebab itu, kepada Anda yang sudah sarjana atau D4 dan akan memasuki lingkaran sertifikasi guru, persiapkan dari sekarang. Tugas atau pekerjaan yang dilakukan melalui persiapan matang, tentunya akan memberikan hasil memuaskan. Kalau ada kesempatan untuk lolos sertifikasi di tahap awal, mengapa tidak dimanfaatkan? Pikirkan sertifikasi, siapkan strategi untuk berhasil uji sertifikasi, kumpulkan data pendukung sertifikasi yang diperlukan, dan Anda akan lulus uji sertifikasi pada tahap awal.

Download


Buku 1 tahun 2010 Pedoman Penetapan peserta
Buku 1 tahun 2010 Pedoman Penetapan Peserta (ukuran file: 980 KB). Total Download : 9801
FORMAT A1 SERGUR 2010
Format A1 Sertifikasi Guru tahun 2010 (ukuran file: 144 KB). Total Download : 8873
Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru & Pengawas
Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru & Pengawas (ukuran file: 167 KB). Total Download : 8013
Kepmendiknas no 015_P_2009
Kepmendiknas Nomor 015/P/2009 (ukuran file: 1928 KB). Total Download : 12428
Surat Pemberitahuan
Surat Untuk Dinas Pendidikan Perihal Guru yg Tidak Memenuhi Syarat Beban Mengajar (ukuran file: 263 KB). Total Download : 26959
Permendiknas no 39 thn 2009
Permendiknas nomor 39 Tahun 2009 (ukuran file: 2272 KB). Total Download : 17581
PEDOMAN PENYALURAN TUNJ PROFESI GURU
PEDOMAN PENYALURAN TPG (ukuran file: 71 KB). Total Download : 29726
Surat Dirjen perihal Perbaikan Data Penerima SK Tunjangan dilaksanakan di dinas Provinsi
Surat perihal Perbaikan data Penerima Tunjangan (ukuran file: 295 KB). Total Download : 12884
Surat Dirjen Perihal Tunjangan Bagi Pengawas
Surat Dirjen Perihal Tunjangan Bagi Pengawas (ukuran file: 549 KB). Total Download : 6551
PP no 41 Tahun 2009 Tunj Profesi Guru & Dosen, Tunj Khusus Guru & Dosen, Tunj Kehormatan Profesor
PP no 41 Tahun 2009 Tunj Profesi Guru & Dosen, Tunj Khusus Guru & Dosen, Tunj Kehormatan Profesor (ukuran file: 1444 KB).Total Download : 8239
Buku 1 Pedoman Penetapan Peserta
BUKU 1 2009 (ukuran file: 898 KB). Total Download : 18468
Buku 2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru
BUKU 2 2009 (ukuran file: 767 KB). Total Download : 9140
Buku 3 Pedoman Penyusunan Portofolio
BUKU 3 2009 (ukuran file: 410 KB). Total Download : 7926
SUPLEMEN BUKU 3 2009 (PED PF PENGAWAS) (ukuran file: 276 KB). Total Download : 3949
Buku 4 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru untuk Guru
BUKU 4 2009 (ukuran file: 424 KB). Total Download : 13190

Download


Buku 5 Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG)
BUKU 5 (ukuran file: 278 KB). Total Download : 8508
PEDOMAN PEMBERKASAN TUNJ PROFESI GURU
Pedoman Pemberkasan TPG (ukuran file: 733 KB). Total Download : 24605
PEDOMAN SUBSIDI KUALIFIKASI GURU
Pedoman Subsidi Kualifikasi Guru (ukuran file: 445 KB). Total Download : 3088
Permendiknas Nomor 8 tahun 2009
Permendiknas Nomor 8 tahun 2009 (ukuran file: 1727 KB). Total Download : 3262
Permendiknas Nomor 10 tahun 2009
Permendiknas Nomor 10 Tahun 2009 (ukuran file: 1130 KB). Total Download : 3645
Permendiknas Nomor 018_P_2009
Permendiknas Nomor 018_P_2009 (ukuran file: 947 KB). Total Download : 2765
PP Nomor 74 tahun 2008
PP 74 thn 08 (ukuran file: 242 KB). Total Download : 1468
Permendiknas Nomor 72 Tahun 2008
Permendiknas Nomor 72 Tahun 2008 (ukuran file: 642 KB). Total Download : 1320
Pemendiknas Nomor 36 tahun 2007
Permendiknas no 36 tahun 2007 (ukuran file: 669 KB). Total Download : 1369
Pemendiknas Nomor 47 tahun 2007
Permendiknas no 47 tahun 2007 (ukuran file: 1427 KB). Total Download : 1323
Surat Edaran Bersama
suratedaran (ukuran file: 161 KB). Total Download : 1785
Kepmendiknas 056_P_2007
056_P_2007 (ukuran file: 1495 KB). Total Download : 1328
FORMAT A1
FORMAT A1 versi pdf (ukuran file: 107 KB). Total Download : 2154
LEAFLET
brosur sertifikasi 3 (ukuran file: 104 KB). Total Download : 2305
brosur TPG 3 (ukuran file: 355 KB). Total Download : 3460


Ucapan Terima Kasih:

Kepada DEPDIKNAS dan Semua Sumber Penulisan yang telah memberikan informasinya.

Arip Nurahman
Pendidikan Fisika, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia
Follower Open Course Ware at MIT-Harvard University, Cambridge. USA.

&

Wawan Nurwana, S.Pd. S.D.

Semoga Bermanfaat & Terima Kasih

Jumat, 22 Mei 2009

Cambridge International Primary Programme

  • What is the Cambridge Primary Curriculum Framework?
  • The Cambridge International Primary Programme is comprised of several elements, the core of which is the Cambridge Primary Curriculum Framework. This framework provides the learning goals for each stage. It is advisable to refer to it as you progress to confirm which stage you believe your students to be working at. The diagnostic feedback provided by the analysis software refers to the learning objectives listed in the Curriculum Framework.
  • What are the benefits of the Primary Programme?
  • Foundation for secondary education. The Primary Programme aids identification of a student’s strengths and weaknesses and can be used to support learning and development. The Primary Programme progresses students seamlessly into middle years curricula, such as Cambridge Checkpoint and IGCSE.
    External benchmark. The Primary Programme provides teachers with an external benchmark to inform their teaching and easily measure students’ progress over time. It also allows detailed, structured reporting to parents.
    International curriculum. Appropriate and relevant internationally, the Primary Programme has been designed to be culturally sensitive. It includes top–quality teaching and assessment resources appropriate for teaching and learning in local and international schools. The structure of the Programme encourages teachers to use their own materials, bringing in local, national and international examples.
    Flexibility. The Primary Programme complements a range of teaching methods and curricula. No part of the programme is compulsory and Centres are at liberty to choose the parts that best suit their situation.
  • What makes the Cambridge International Primary Programme ‘international’?
  • The Cambridge International Primary Programme has been designed specifically with international schools in mind. The Curriculum Framework provides a solid foundation in mathematics, English and science that is relevant and useful to students and teachers across the world. The assessment materials have been developed carefully to ensure that there is no bias resulting from question context or colloquial language and the Programme structure allows full flexibility for teachers to include resources that are directly relevant to their students and the local context. Care has been taken at the question writing phase to use short, simple sentences without unduly complex language or grammar to enable access for children who may not speak English as their mother tongue.
  • How does the Primary Programme reflect local and national content requirements?
  • The Cambridge International Primary Programme provides a framework for teaching the core subjects of English, mathematics and science. The English and Mathematics Curriculum Frameworks comprise a series of progressive objectives that describe development of essential literacy and numeracy skills but allow for use of local and national content and cross–subject activities. The Science Primary Curriculum Framework provides a structure for developing scientific enquiry, i.e. teaching students to think like scientists, as well as suggested topics for content–based learning. Schools are at liberty to choose whether they want to teach some or all of the content and can decide what order to teach it in.

    Schools could, in fact, continue to teach their local programmes alongside the Cambridge Primary Programme and use the Cambridge assessments as a valid and useful tool, provided that the learning objectives of the Cambridge Programme are adequately covered.
  • Our Centre follows the National Curriculum for schools in England and Wales. Why should we change to the Cambridge International Primary Programme?
  • If your Centre follows the National Curriculum used in England and Wales, the Cambridge International Primary Programme could provide a valuable addition to the provision in your school. The Cambridge Primary Programme provides Progression Tests for in–school use for Stages 3–8 in mathematics and English, and Stages 6–8 in science (Stage 3 is equivalent to Year 3 in the UK). The Progression Tests can be used to track your students’ progress compared with a cohort of students in international schools around the world, and the diagnostic software allows you to produce reports on students’ strengths and weaknesses, to feed back into learning. In addition, membership of the Primary Programme includes entries to the Cambridge International Primary Achievement Test, which is available in English, mathematics and science at the end of Stage 6 (Key Stage 2). The Achievement Tests are moderated in Cambridge and all students receive a certificate from CIE.

    The Cambridge International Primary Programme has a similar model and covers similar material to the National Curriculum, which allows you to administer the two curricula alongside one another or just use the Cambridge curriculum with the knowledge that students would easily be able to transfer back to schools in the UK. Following the National Curriculum would provide students with the knowledge and skills they require to succeed in the Cambridge tests; similarly, following the Cambridge International Primary Programme would provide students with the foundations they need to take UK Key Stage tests.
  • At what age should children start following the Primary Programme?
  • The Primary Programme is organised into six Stages, each of which represents a year of primary education. Stage 1 is the first year of primary school, when children are approximately 5 years old, and stage 6 is the final year, during which children reach their 11th birthday. The Curriculum Framework documents for English and mathematics provide learning objectives for stages 1–6, while science covers stages 3–6. However, in some educational contexts it may be appropriate to introduce the stages at slightly different ages or to expand/contract some stages so that they take more/less than a year to complete.
  • How does the Cambridge International Primary Programme relate to the National Curriculum in England?
  • The Cambridge Primary Curriculum Framework has its roots in The National Curriculum but has been developed specifically for education internationally. This makes it an ideal choice for international schools because it is based on sound educational principles and tried and tested methodology. This means that schools can feel confident that they are using tested best practices whether their students move on to a school offering a local, British or international programme of study.
  • What are the Primary Progression Tests?
  • The Cambridge Primary Progression Tests are a series of tests, from Stages 3 to 6, which can be used within a school to monitor progress of individuals and classes of students. They can be used to provide diagnostic feedback which can inform further teaching and learning, or can be used for reporting purposes. They can also be used to assess the performance of the students against an international benchmark.
  • What is the Primary Achievement Test?
  • The Cambridge Primary Achievement Test provides a summative measure of the student’s learning during the primary phase and is intended for students at the end of their final year of primary schooling. The tests are written with international schools in mind in that they are carefully designed to avoid offensive and confusing material. They are written for students who are proficient in English, but they avoid the use of colloquial language and strongly British expressions and contexts. They are suitable for students who have been taught in English, but for whom English is not necessarily their first language – that is, the tests are designed to be accessible and, for science and mathematics, the tests aim to assess skills and knowledge without penalising for language. However, the same high standards are expected regardless of the mother tongue of the student.
  • What resources does CIE publish in support of the Primary Programme?
  • There are a variety of methods of support offered for centres and teachers enrolled on the Primary Programme:
    • Cambridge Primary teacher support website: The website includes Schemes of Work, a discussion group and Progression Tests (tests, mark schemes and test analysis software).
    • Classroom Activities for the Cambridge International Primary Programme. These books are available in English, mathematics and science. Copies of the Classroom Activities can be ordered from CIE Publications.
    • Planning the Effective Delivery of the Cambridge International Primary Programme booklet. This booklet has been produced to provide support for teachers as they implement the Cambridge International Primary Programme. It will help teachers to plan from the outset and aid in the continued smooth running of the Programme within their school. It is designed to be either read from cover–to–cover or as a reference document to follow up on particular issues.
  • What other materials does CIE recommend to support delivery of the Primary Programme?
  • The following materials have been approved by CIE for use to support the delivery of the Primary Curriculum Framework in English, mathematics and science. The materials include printed and electronic resources for both students and teachers. They have all been thoroughly reviewed alongside the Primary Curriculum Framework documents for English, mathematics and science to assess their suitability.

    Subject Title of Course Publisher URL
    English Oxford Reading Tree (for Stages 1 to 2) Oxford University Press www.oup.com

    Quest Language Programme (for stages 3 to 6) Oxford University Press www.oup.com
    Mathematics New Heinemann Maths Harcourt Education www.myprimary.co.uk
    Science Explore Science Harcourt Education www.myprimary.co.uk
  • Is there training available to support the Primary Programme?
  • CIE plan to extend their teacher professional development services to the Primary Programme. The intention is to make some training available online and some available on a face-to-face basis based on regional demand. These two approaches will be complementary. As soon as the programmes are finalised we will be advertising them here on CIE Online, both within this section and also within the training section.
  • What does ‘suitable facilities’ mean?
  • Suitable facilities, resources and staff could be defined overall as providing:
    • A positive, supportive and inclusive learning environment that enables all students to achieve their full potential and to progress through the learning objectives as set out in the Cambridge International Primary Programme
    • A dedicated teaching space or classroom for each year group, and suitable resources available to support the learning set out in the Cambridge International Primary Programme and broader educational outcomes (books, libraries, computers, art and craft rooms, science labs or demonstration areas)
    • Teachers with recognised qualifications or previous experience
    The criteria are not intended to be prescriptive in any way and are flexible to account for local circumstances. They are, however, designed to ensure that prospective centres are able to offer the programme in a manner that CIE considers appropriate to facilitate the achievement of positive educational outcomes for students.

    If prospective centres have queries about the suitability of their facilities and resources they are welcome to contact the Centre Support team via international@ucles.org.uk to discuss their concerns.
  • We are already a Cambridge International Centre. Why do we have to pay for the Primary Programme separately?
  • We have made the Cambridge Primary Curriculum Framework freely available to all our Cambridge International Centres. However, only Cambridge International Primary Centres that have paid their membership fees can access the full Programme materials including the progression tests and schemes of work. The Programme membership fees also include entries for the Cambridge International Achievement Tests in English, maths and science for students in their final year of primary schooling.
  • Is there training available to support the Primary Programme?
  • CIE plan to extend their teacher professional development services to the Primary Programme. The intention is to make some training available online and some available on a face–to–face basis based on regional demand. These two approaches will be complementary. As soon as the programmes are finalised we will be advertising them here on CIE Online, both within this section and also within the training section.

Rabu, 22 April 2009

Cambridge International Primary Programme

Resources

Primary curriculum framework

The Cambridge Primary curriculum framework identifies a comprehensive set of learning objectives for English, Mathematics and Science for each year of primary education, which:

  • provide a natural progression through the six years of primary education
  • provide a valuable structure that focuses on what children should be able to do at each of the primary stages

Download the Cambridge Primary curriculum framework

Published support resources

Teaching and learning resources

CIE has worked with leading educational publishers to provide recommendations for published resources for use with Cambridge Primary. We aim to determine those materials that best reflect the content of the primary curriculum for English, Mathematics and Science. The recommended teaching schemes were identified through a process of content mapping, quality assurance and feedback from trial schools. The materials provide a variety of printed and electronic resources for both learners and teachers.

Teaching schemes endorsed by CIE

Science scheme

  • Explore Science International Edition published by Heinemann

Teaching schemes recommended by CIE

English schemes

  • Oxford Reading Tree published by Oxford University Press
    (reading scheme for Stages 1 and 2)
  • Quest published by Oxford University Press
    (language scheme for Stages 3 to 6)

Mathematics scheme

  • New Heinemann Maths published by Heinemann

Mapping documents to link each of these schemes with the Cambridge Primary Curriculum Framework are available on the Cambridge Primary teacher support website.

Download further recommended resources

Cambridge Primary teacher support website

Registered schools will have free and unlimited access to the Cambridge Primary teacher support website. The site contains administration and support resources, including schemes of work for each part of Cambridge Primary. News and information on primary events and training also are provided. Cambridge Primary registration includes one year's subscription to an online training course. The course enables an unlimited number of teachers within the school to learn at their own pace over the first year, and covers essential teaching skills. Teachers are encouraged to reflect on their own teaching experience and required to carry out activities.

A suite of support materials is available on the website to help teachers plan and deliver the course. Because we work closely with publishing partners and curriculum providers, CIE can recommend textbooks, workbooks and other teaching resources that closely match the learning outcomes of the Cambridge Primary curriculum framework. These resources can be purchased separately and mapping documents are available to show how the resources support teaching.

Cambridge teacher training

Cambridge teacher training events include a range of face-to-face and online subject-specific training courses. Cambridge offers introductory, intermediate and advanced training courses enabling teachers to select courses which best suit their own learning level and school timetable.

In addition, Cambridge offers Professional Development Qualifications for Cambridge teachers, enabling teaching professionals to develop their skills even further by improving the quality of their teaching and learning.

Information for parents

The following fact sheets can be reproduced to provide information for parents. The context is the same on both, but one is black and white for ease of reproduction.


Sources:

Cambridge International Education

Minggu, 22 Maret 2009

Cambridge International Primary Programme

Tests

The Cambridge Primary curriculum framework provides an optional testing structure - to assess learner performance and report progress to learners and parents. Cambridge Primary assessment gives parents extra trust in feedback on their child's progress - by using internationally benchmarked tests.

There are two assessment options within the Cambridge Primary stage:

The Cambridge Primary testing structure enables teachers to:

  • track the progress of their learners
  • identify strengths and weaknesses within individuals and class groups
  • develop further teaching and learning support using information from test results
  • use test results to report to parents
  • provide learners with a Statement of Achievement at the end of their primary schooling

The tests comprise structured questions with a selection of item types, including multiple choice, matching, short answer and long answer.

Cambridge Primary progression tests

Cambridge Primary progression tests provide valid internal assessment of knowledge and skills in English and Mathematics. The tests:

  • are available for each year of primary education
  • are optional (schools can choose any quantity of tests to take or just follow the curriculum without testing at all)
  • can be used at any point during the year and as many times as the teacher requires
  • are culturally sensitive without being culture-free, which makes them ideal for use in the international school context
  • comprise structured questions with a selection of item types including matching, short answer and longer answers
  • are marked by teachers in your school; full mark schemes and marking guidance are provided for this

Analysis tool software is part of Cambridge Primary. This software enables teachers to track student progress and to produce diagnostic feedback, enabling comparison between individuals and between groups of learners, and facilitating the identification of the strengths and weaknesses of individuals and groups.

The tests are freely available on the Cambridge Primary teacher support website and teachers can download them and make as many copies as they wish for internal school use. The papers will be renewed on a rolling basis. Test booklets also can be purchased through our publications department.

Cambridge Primary Achievement Tests

Cambridge Primary Achievement Tests are for learners at the end of their final year of primary education. The tests are available in three core subjects: English, Mathematics and Science, and:

  • are marked by teachers
  • are moderated by CIE
  • provide learners with a Statement of Achievement
  • can be taken at any point within a fixed period of time
  • are available in June and November each year

application/pdf Sample paper: English (210Kb)
application/pdf Sample questions: Mathematics (88Kb)
application/pdf Sample questions: Science (117Kb)

Sumber:

Cambridge International Education

Minggu, 22 Februari 2009

Cambridge International Primary Programme

Overview

The Cambridge International Primary Programme, typically for 5–11 year olds, gives schools a curriculum framework to develop Mathematics, English and Science skills and knowledge in young children. Cambridge Primary provides guidance for curriculum development and classroom teaching and learning. It enables teachers to assess children's learning as they progress with two optional assessments: Cambridge Primary progression tests and Cambridge Primary Achievement Tests.

Benefits

Foundation for secondary education

Cambridge Primary aids identification of a student's strengths and weaknesses and can be used to support learning and development. It provides learners with excellent preparation so they can progresses seamlessly into Cambridge Secondary 1 and beyond.

External benchmark

As an international programme, Cambridge Primary provides teachers with an external benchmark to inform their teaching and easily measure learners' progress over time. It also enables detailed, structured reporting to parents.

International curriculum

Appropriate and relevant internationally, Cambridge Primary has been designed to be culturally sensitive. It includes top-quality teaching and assessment resources appropriate for teaching and learning in local and international schools.

Flexibility

Cambridge Primary complements a range of teaching methods and curricula. No part of the programme is compulsory and schools have freedom to choose the parts that best suit their situation.

Using the Primary Programme with other curricula

The modular nature of Cambridge Primary means that it can either be used as the central teaching curriculum or to complement other curricula.

Teachers may continue to follow a local curriculum, to meet the statutory requirements of their national system, whilst using the Cambridge Primary progression tests to enhance their teaching and reporting. Similarly, Cambridge Primary can be used for teaching and tracking the core skills in English, Mathematics and Science while another curriculum is used for any other subjects that may be taught.

Cambridge progression

Cambridge Primary forms part of Cambridge International Education for 5-19 years, offering routes candidates can follow from post-kindergarten stage through to university entrance. Cambridge's provision also includes first-class support for teachers through publications, online resources, training, workshops and professional development.


Sources:

Cambridge International Education